Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Puisi | Kisah Ibu Sepuh (2)

Diperbarui: 6 Januari 2021   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kerudung putih, Pinterest (Kamillalittau636)

Semerbak Sirih di pelataran Goa Lawah
Ibu Sepuh memandangmu dari jauh
meminta bersabar
sebab yang tengah terjadi sungguh tak mudah
penuh halang rintang

seekor monyet bergelantungan riang
melompat dari satu pohon ke pohon lain di Telaga Mas
mulutnya sibuk mengunyah jarahan buah dari pejati

Ibu Sepuh merengkuh bahumu
mengelus kepalamu
"Bagaimana bila kerudung brokat putih ini untuk Ibu, Cening?"
sebatang dupa menyala
teken kecil ia ketukkan di tanah
eka ~
dwi ~
tri ~

bunga Kenanga
pohonnya ada dua
tumbuh di sisi kiri pura
wangi sandat di canang sari
Panca Tirta menerima sembah bakti
Mpu Gnijaya
Mpu Ghana
Mpu Sumeru
Mpu Kuturan
Mpu Bharadah

Pura Luhur Silayukti
menjadi saksi
kecup Ibu Sepuh di rambutmu
ia genggam kain kerudung
di dadanya yang seluas samudera
bisiknya di telinga,
"Akan kubawa kemana kaki membawa
tangkil ke segala Pura"

senyummu indah mengembang
ucapmu padanya sebelum jarak merenggang
"Inggih, Ratu Niang"

1 Januari 2021

Catatan penulis:

Canang Sari: persembahan (jenis perlengkapan upacara sembahyang di Bali

Cening: panggilan untuk anak (mengandung unsur kesayangan)

Pejati: jenis perlengkapan sembahyang di Bali
Sandat: bunga Kenanga

Tangkil: acara menghadap ke tempat suci atau yang dihormati

Teken: semacam tongkat bisa berfungsi sebagaialat bantu berjalan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline