Seperti dia,
kau bukan pemburu senja.
Hanya saja, seringnya senja terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Seorang penyair pernah membuat perlambang tentang awan-awan yang bagaikan selendang mayang bertabur warna jingga di angkasa.
Penyair itu bilang ia melihatnya saat senja.
Kau pernah bilang, kau selalu kagum pada para Kawi yang menggiati susastra, penyair, dan pujangga.
Aku bilang sastra dan senja kadang kala harus bertemu satu meja.
Aku tak peduli kau dan dia akan setuju atau tidak.
Seperti kalian,
aku pun bukan pemburu senja.
Sandyakala (aku lebih suka menyebutnya demikian), dia-lah yang seringnya menghampiriku secara kebetulan.