Pada sebuah malam minggu
bulan Mei tahun lalu
kau duduk di kursi penumpang depan
aku tepat di belakangmu
mobil mungil 5 seaters
sahabat kita pemegang kemudinya
Tak sengaja kubaca percakapan
di layar terang 6,3 inci
emoticon kecup kau kirim untuknya: nama perempuan dan asal kotanya
(kau, aku, perempuan itu, perempuan yang berbeda, laki-laki, mereka, kita, berada dalam lingkar pertemanan yang kadang terasa absurd bagiku)
Darahku tersirap
molekul Oksigen seketika terasa bagai Karbon Dioksida
oh, napasku!
ia kehilangan fungsinya
Semula cintaku padamu tumbuh melipatganda setara kecepatan cahaya
kupangkas cepak kejam luar biasa
Rupanya Saturnus tak ingin cinta kita hangus
Sang Penguasa Waktu itu selalu mempertemukan kita di seluruh simpul kencana milik Sang Dewa
: aku, Sang Pemuja Cinta
: engkau, Sang Pejalan Misterius
Bisikmu di telingaku, "Engkau permaisuriku"
Kini, bidukmu kau tambatkan di relung jantungku
tetapi pada perempuan itu, aku masih cemburu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H