Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Berjumpa Enam Simbol Sumba di Adiwastra Nusantara

Diperbarui: 24 Maret 2019   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tenun Ikat Rende Sumba Timur (Koleksi Pribadi)

Dengan ojek online, saya menuju Jakarta Convention Center (JCC) Hall A. Sepeda motor melaju santai, konstan, dan pengemudinya dengan ramah menjelaskan rute mana yang akan kami lewati menuju lokasi. Rupanya ia sudah mengenal betul rute menuju JCC. 

Namun lagi-lagi, seperti yang sudah-sudah saat mengendarai moda 'ojol', helm hijau bertuliskan Gojek yang saya pakai rada kegedean. 

Rasanya saya jadi kayak kecambah kacang ijo yang lagi jalan-jalan di Ibukota Indonesia. Lalu gedung-gedung pencakar langit menjelma jadi tanaman-tanaman di kebun sayur: kangkung, bayam, tomat, terong, kubis, cabe, lengkuas, jahe, kelapa, pete, salam.

Eh. Kok ngelantur.

Di JCC, 20-24 Maret ini digelar pameran tahunan besar negeri ini tentang kain atau wastra nusantara, Adiwastra Nusantara. Menuju ke sana saya punya misi yang berbeda dari orang-orang kebanyakan. 

Jika mereka datang ke pameran adalah untuk melihat-lihat dan berniat ngeborong kain dan baju tenun/batik yang indah-indah, saya tidak. Niat saya adalah ketemu duo kakak beradik sahabat saya yang buka stand di sana. 

Dari kantor, sepulang kerja, saya mampir ke rumah dulu, ambil tas kresek biru yang sudah saya siapkan sejak beberapa hari lalu isinya sekitar 8 - 10 buah mangga muda; garam satu wadah kecil; pisau; dan mangkuk kecil. Baru deh meluncur ke Hall A. 

Ya, saya sudah janjian sama sahabat saya itu buat bawain mangga muda.

Duo kakak beradik sahabat saya itu pasti sedang sibuk di Hall A booth nomor 31. Begitu turun dari Gojek, saya menuju pintu dalam dan menelusur dari booth di sisi kiri mulai nomor 49. 

Terus berjalan mengikuti nomor booth yang semakin kecil tanpa lihat kiri kanan. Hal itu saya lakukan semata-mta untuk menjaga niat saya untuk tidak berbelanja. Akhirnya kutemukan booth yang kumaksud di hook. Tertulis di sana, judul usaha mereka: Oerip Indonesia.

Senang rasanya melihat, JC, Si Kakak, penggemar warna hitam, matanya berbinar-binar melihat segerombolan mangga muda masam dari pohon mangga di halaman depan rumah. Mereka tak sengaja berguguran di usia muda akibat dahannya patah diterjang angin kencang. Tak kalah senang ketemu Dian, Si Adik, yang berwajah chubby oriental mirip orang Tibet, berselimut kain pusaka Ulos Batak tua yang usianya sekitar 150 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline