Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Srikandi (yang Ini) Bukan Titisan Amba

Diperbarui: 30 Maret 2019   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wayang Kulit Srikandi


Srikandi terdiam. Tiba-tiba rasa muak menjalari seluruh syaraf tubuhnya. Anak panah sudah sedari tadi terpasang di busurnya mengarah pada Bhisma yang terluka. Dua bola mata Bhisma menatapnya penuh harap. Menghendaki agar jemari lentik Srikandi melepaskan tali busur segera. Bhisma ingin cepat-cepat melunasi hutang nyawanya kepada Amba, seorang Dewi yang mencintainya, yang tanpa sengaja terhunus panah Bhisma.

Srikandi menatap mata Bhisma sekali lagi. Tiga detik. Lalu ia membuang muka. Dadanya bergetar. Jantungnya bertalu kencang.
Tiba-tiba ia arahkan gendewanya ke langit. Ke Barat Daya.


Dan, 

"Wooooooosssshhhhh......!!"

Anak panahnya melesat cepat ke udara kosong.

Srikandi berbalik.

Meninggalkan Bhisma yang berharap takdirnya akan mati di tangan Srikandi. 

Geraham wanita anggun itu gemeletak. Berlari menjauh ia semampu kakinya membawa. Menuju kudanya yang gagah. 

Tak lama, kuda itu berderap menyisakan kepulan debu di padang Kurusetra.

Srikandi mendesis,
"Aku tak sudi menjadi titisanmu, Amba"

: Bhisma menangis.

Karawang, 2 Juni 2013
23:27 WIB




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline