Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Salah Jurusan?

Diperbarui: 14 Oktober 2015   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nyengir. Hingga menyembul gigi gingsulku. Hanya itu yang bisa kulakukan saat mendengar komentar -yang udah entah berapa kali terlontar dari beberapa orang- itu. Biasanya otomatis diikuti dengan mataku yang menyipit seperti saat matahari membuncahkan sinarnya dengan overdosis tepat di koordinatku berada. Biasanya kemudian bola mataku menari-nari diikuti dengan derai tawa yang susah ditebak maknanya.

"Kayaknya kamu dulu tuh salah ambil jurusan kuliah deh", kira-kira begitu komentar itu.

Kayaknya sih enakan memonyongkan bibir aja denger komentar seperti itu. Tapi kalau tiba-tiba ada Peri Cantik Tapi Jahil yang bawa-bawa tongkat ajaib dan mem-freeze pose monyongku, ngeri juga. Gak kebayang aku ngantor rapi-rapi tapi bibirku ajaib banget dan nggak bisa nurutin otak untuk sekedar menyuarakan vokal "i", apalagi berucap,"Selamat Pagiiii....!!".

So....
Tersenyum geli saja. Bahwa ketika kuliah aku dituntut untuk paham mass ballance, thermodynamic, unit operation, chemical kinetics, serangkaian praktikum Kimia Analisa, Kimia Organik, Kimia Fisika, Operasi Teknik Kimia, de el el de el el yang diakhiri dengan perancangan pabrik ethylene diokside di entah kota apa yang harus di-assess kelayakannya dari sisi sumber bahan baku, transportasi raw material dan produk, dll teori pemilihan lokasi pabrik, itu adalah sebuah pilihan. Jalan hidup. Pathway.

Pun saat terdampar di sebuah laboratorium pengolahan air di Jl Ganesha Bandung. ITB. Episode dimana aku jadi akrab banget dengan mikroba yang kuternakkan dan kujejali makanan yang mereka nggak suka: limbah cair percetakan yang mengandung tinta. Mungkin kalau aku sempat memotret wajah-wajah mikroba-ku di bawah mikroskop dengan perbesaran sekian ribu atau juta kali, akan kutemui wajah-wajah super cemberut dengan bibir monyong! Hahaha. Kenapa bibir monyong lagi ya? (Kalau saja, ada satu saja wajah mikroba lagi kesel, bete bin galau atau wajahnya hijau kayak pengen muntah seperti icon "sick" di BlackBerry, bakalan ku-upload disini deh).

Begitulah. Pathway.
Lalu tentang menulis dan sketching. Tidak harus lulusan Seni Rupa dan Sastra saja 'kan yang boleh mencintai dua hal itu?

Dua hal ini terus terang, tidak kuperoleh dari pendidikan formal. Dua hal ini buatku adalah anugrah. Mereka tumbuh alami seiring waktu. Pelan-pelan, memang. Bahkan mungkin sempat seolah-olah terpendam. Dan, dengan cara yang unbelieveable, dua hal ini muncul di saat yang tepat. Seperti sebuah reaksi kimia yang memerlukan P (pressure), T (temperature), dan katalisator yang tepat. Artikel pertamaku muncul di majalah kampus segmen religi. Sketching wajah bahkan kumulai baru tahun 2012 lalu.

Tidak, Temanku, tidak pernah ada salah jurusan 'kok. Aku mencintai semuanya: Teknik Kimia, Teknik Lingkungan, writing, dan sketching. Dan aku mensyukurinya. Semua itu membuatku kaya.

^_^ ~» senyum manis.

15 Juni 2013
@Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline