sebuah puisi kuuntai
bukan tanda cinta
bukan tanda kagum atas lincahnya jemari menarikan nada-nada pada dawai gitar
bukan keterpesonaan atas indahnya lukisan abstrak di atas kanvas
bukan keterpanaan menangkap kerjap mata pada sebuah pandang yang beradu
bukan, Sayang
sebuah puisi kuuntai
untuk setiap Al Fatihah yang kau baca di tiap rakaatmu
untuk setiap tasbih yang kau ucapkan di tiap sujudmu
untuk jalan kembali yang kau ajarkan tanpa pernah kau sadari
meskipun ingin sekali kuucap: meskipun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H