Dalam Seminar Nasional hari pertama Festival Teknologi Informasi & Komunikasi FESTIK 2016 CANDORI di Grahatama Pustaka Yogyakarta, 16/9, kepala BNN Daerah Istimewa Yogyakarta [DIY] Kombes Pol. Sutarmono, Msi mengungkap rangking DIY untuk kasus penyalahgunaan Narkoba.
Menurut sosok kelahiran Blitar Jatim itu, merujuk hasil riset BNN bersama Pusat Penelitian Kesehatan RI, prevalensi penyalahgunaan dan peredaran Narkoba di DIY tahun 2008 sempat nangkring rangking 2 Nasional setelah DKI dengan kasus sejumlah 68. 981.
Hasil riset 2011 meningkat sangat tajam menjadi 83.952 kasus.
Hasil riset 2014 turun menjadi rangking 5 sebanyak 62.028 kasus.
Hasil riset 2015, DIY turun jadi rangking 8 Nasional dengan kasus penyalahgunaan Narkoba sebanyak 60.182.
Dari angka itu, menurut Kombes Sutarmono, yang paling banyak adalah kasus coba coba pake Narkoba sejumlah 23.048.
Sundul langitnya kasus Narkoba di daerah yang dikenal sebagai kota pelajar itu, menurut Kombes Sutarmono, karena DIY adalah miniature Indonesia tempat berkumpul mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia. Mereka punya bekal cukup untuk membiayai kuliah dan kos serta biaya hidup di Yogyakarta. Sehingga mereka menjadi sasaran tembak para sindikat Narkoba yang ada di DIY.
Terkait pentingnya pemanfaatan TIK dalam penanganan Darurat Narkoba, Kombes Sutarmono menyampaikan, TIK tidak hanya untuk pencegahan, namun juga pemberantasan penyalahgunaan Narkoba kususnya di DIY.
“Kita sudah meninggalkan pola lama ‘Undercover Buy’ atau pura pura beli, " katanya. "Tapi kita sudah menggunakan analisis notebook, selebrite. Jika sindikat itu ndelik di lobang semut sekalipun akan ketauan. BNN tetap bisa menangkap sindikat itu."
BNN juga sudah gencar memanfaatkan Media Digital maupun Medsos untuk memberikan informasi kepada masarakat soal penanganan penyalahgunaan Narkoba di DIY. Melalui diseminasi informasi, website, fesbuk, semua masarakat dapat melihat tugas dan kinerja BNN. Setelah masarakat lebih tau seputar Narkoba dan bahayanya, mereka akan sadar dan bersama sama menolak Narkoba atau Say No To Drug.
BNN juga gencar melakukan Talkshow di berbagai media seperti TVRI maupun RRI, juga Workshop dan Seminar sebagaimana di FESTIK 2016. Kesemuanya itu, menurut Kombes Sutarmono, bertujuan memberikan ilmu pengetahuan supaya masarakat lebih paham lalu sadar hingga ahirnya menolak Narkoba.