Lihat ke Halaman Asli

Siwi Sang

Pegiat Literasi Desa

Siku Sudut Unik Candi Dadi Tulungagung

Diperbarui: 29 September 2015   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14060047541880493363

Inilah candi unik memukau di puncak bukit. Boleh dibilang satu satunya di Indonesia. Jalur menuju candi sejauh tiga kilometer dari kaki bukit hanya dapat ditempuh jalan kaki. Sebagaimana jalur pendakian gunung, jalur menuju lokasi candi unik ini berupa jalan setapak, di beberapa tempat memiliki trek terjal terutama di dua ratus meter menjelang puncak.

Dalam keadaan normal, dari kaki bukit sampai lokasi candi, membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan jalan kaki. Jika sepanjang perjalanan banyak ngaso lihat pemandangan kanan kiri yang memang cukup mengasikkan, tentu saja waktu tempuh jadi molor. Bagi yang biasa naik gunung atau lintas alam tentu enteng melibas jalur di punggung bukit menuju candi. Tapi bagi yang tidak biasa olahraga jalan kaki sudah barang tentu bakal ngos ngosan.

Candi unik menakjubkan ini bernama candi Dadi. Letaknya persis di puncak segunduk bukit yang masuk jalur pengunungan Walikukun, Tulungagung bagian selatan. Secara administrative candi ini masuk dusun MOJO, desa Wajak Kidul, kecamatan Boyolangu, Tulungagung.

[caption id="attachment_316381" align="aligncenter" width="300" caption="Sisi Barat candi Dadi"][/caption]

[caption id="attachment_316382" align="aligncenter" width="300" caption="sudut Baratdaya candi Dadi"]

1406004854885822861

[/caption]

Dari arah perbukitan Sanggrahan di kaki bukit sampai puncak candi Dadi sebenarnya masih ada 3 candi lain, yaitu candi urung, candi Buto, candi Gemali. Tapi ketiganya tinggal runtuhan batuan. Lokasi yang dikenal sebagai Candi Gemali kini hanya tersisa batu berbentuk Lingga.

Menurut Andi, petugas museum Wajakensis Tulungagung, penamaan candi Dadi dan tiga candi lainnya bukan berasal dari dunia arkeologi melainkan dari tutur cerita masyarakat sekitar yang berkembang melalui getok tular turun temurun sampai sekarang. Sebagaimana peninggalan candi di daerah lain seperti candi Prambanan, candi Dadi dan tiga kawannya itu terbungkus cerita tutur tinular yang berkembang dalam masyarakat.

Berdasarkan tutur tinular masarakat menyebutkan, dulu ada seorang pangeran melamar seorang putri di dusun Kedungjalin. Singkat kata lamaran itu diterima dengan sarat harus membangun sebuah candi dalam waktu semalam atau selesai pembangunan sebelum matahari pagi. Pangeran itu menyanggupi dan ternyata hampir merampungkan pembangunan candi ketika waktu yang ditentukan masih tersisa lama. Karena sejak awal ingin menolak lamaran, sang putri cemas dan coba cari akal bagaimana pembangunan candi itu gagal. Menjelang pagi sang putri sang putri mengumpulkan kaum perempuan desa Kedungjalin ramai membunyikan lesung. Pangeran terkejut mengira waktu sudah pagi. Ia marah dan meruntuhkan candi yang belum rampung. Itulah sebab masyarakat kelak menyebut runtuhan candi ini sebagai candi Urung atau candi Wurung, artinya batal atau tidak jadi.

Penamaan candi Buta berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar bahwa di lokasi itu sebenarnya ada sebuah arca raksasa yang sangat besar tapi disembunyikan oleh penunggu gaib di situ sehingga sekarang tidak kelihatan mata awam.

Di timur candi Buta adalah candi Gemali atau lingga Gemali. Tidak ada yoninya. Lingga adalah lambing kesuburan seorang lelaki. Ini terkait cerita tutur tinular masyarakat bahwa dulu dusun Kedung jalin kaum perempuan pernah terkena kutukan yaitu para perawan tidak akan menikah sebelum mencapai usia tua. Kiranya itu yang menyebabkan dibangu lingga sebagai lambing kesuburan.

Adapun penamaan candi Dadi karena candi inilah satu satunya yang utuh jadi sehingga dinamakan candi Dadi atau jadi. Sampai sekarang candi unik ini memang boleh dikata masih utuh dan asli.

Candi Dadi memang unik. Pertama karena letaknya di puncak bukit atau berada di tempat tertinggi. Menurut Andi, ini berkaitan dengan pemahaman kebudayaan Hindu dimana daerah tinggi atau gunung dipandang sebagai tempat paling suci persemayam para dewa.

Sementara berdasarkan bentuk fisik, masih menurut Andi, candi Dadi sangat unik karena bentuknya merupakan kombinasian dua kebudayaan yang berbeda, Hindu dan Budha. Jika melihat samping kaki candi dalam jarak 50 meter, bentuknya seperti bangunan kerajaan Tiongkok penganut Budha. Lalu pada bagian pojok candi, cenderung pada kebudayaan Hindu. Hanya secara keseluruhan yang lebih mendominasi adalah pengaruh kebudayaan Budha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline