Lihat ke Halaman Asli

Apakah Insidious 2 Adalah Film Horor?

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah melihat film Insidious 2? Beberapa hari yang lalu, saya memutarnya ulang dan saya menemukan bahwa kehorroran dari film itu adalah penggambaran dari ke”horror”an hidup kita juga. Ini bukan tentang penampakan atau seberapa seramnya, namun ini tentang hidup kita yang divisualisasikan dengan cara lain. Saya amat menyukai film semacam itu, yang membuat kita berpikir bahwa itu adalah hidup kita sendiri.

Apa yang dialami oleh Josh (pemeran utama dalam film itu) –terjebak dalam dunia yang gelap, sementara raganya dikendalikan oleh “yang lain”- bukanlah hal asing bagi diri kita. Kita sering mengalaminya, jiwa kita sesungguhnya kadang terjebak dalam dunia yang gelap (menderita, rasa sedih, tak berdaya, lemah, keegoisan, dan semua rasa yang menenggelamkan kita) dan raga kita dikendalikan oleh sesuatu ‘yang lain’ (yang  ingin mengambil hidup kita). Dalam film itu, Josh dapat melihat raganya, Josh melihat dirinya dalam dunia nyata, Josh melihat dirinya melakukan rutinitas seperti biasanya, bersama keluarganya, bersama orang lain, tapi ia tahu bahwa itu bukan dirinya. Jiwa yang ada dalam diri Josh adalah “jiwa lain”, bukan jiwanya yang sesungguhnya.

Kita pun sering mengalaminya, kita bisa memegang tubuh kita sendiri, kita bisa menyusun jadwal kegiatan, kita melakukannya, melakukan rutinitas, bersosialisasi, dsb. Tapi, kadang kita merasakan, bahwa semua itu bukan diri kita, bukan jiwa kita, itu semua bukanlah kita. Semua yang kita lakukan hanyalah serangkaian kegiatan agar orang lain tetap menganggap kita ada dan baik-baik saja. Lalu, dimana kita yang sesungguhnya?

Tidak ada yang dapat mengembalikan jiwa Josh selain dia sendiri mengalahkan hantu wanita tua itu –sang dalang kegelapan, yang memperkenalkan dirinya sebagai ibu kematian, dalang dari jiwa yang memasuki raga Josh-, lalu Josh harus menemukan jalan kembali untuk pulang (ke raganya), tentu dengan bantuan Carl (yang tidak sengaja pingsan dan masuk ke area kegelapan itu) dan Dalton (anaknya yang sengaja menjemput Josh agar menemukan jalan untuk pulang), juga Elise (seorang kerabatnya yang telah meninggal dan jiwa Elise membantunya karena merasa terpanggil untuk memberikan bantuan).

Kita pun kerap mengalaminya. Siapa yang dapat mengembalikan jiwa kita pada diri kita? Tentu kita sendiri, yang dapat memukul hancur dalang kegelapan yang menguasai diri kita. Seperti Josh menghancurkannya dalam dunia gelap itu, juga kita bisa menghancurkannya dari dunia gelap kita. Juga seperti bantuan Carl (kerabat Josh yang ingin membantu tapi tak sengaja malah ikut terjebak dalam dunia gelap dan bersama-sama mencari jalan keluar), kita pun sering bertemu Carl-Carl yang lain versi nyata (bukan versi film Insidious 2), orang-orang yang bermurah hati ingin membantu mengembalikan jiwa kita yang hilang namun akhirnya dia juga malah ikut terjebak, orang-orang yang begitu baik namun tak sengaja malah ikut menderita. Kita juga menemukan Dalton (anak Josh yang dengan sengaja menjemput ayahnya agar kembali dan menemukan jalan) yang nyata (bukan versi film). Dalton versi nyata, yang dengan sengaja masuk dalam kegelapan kita, sungguh-sungguh sengaja menyentuh kita dan memasuki penderitaan kita, lalu dia membawa kita menemukan jalan untuk ‘pulang’. Dan Elise (jiwa seorang kerabat yang telah meninggal, dia telah melihat sesuatu yang indah –mungkin surga-, namun dia terpanggil untuk memberi bantuan), kita juga menemukan Elise yang nyata dalam hidup kita ( sekali lagi bukan Elise versi film insidious 2). Elise versi nyata, orang(-orang) yang mungkin telah jauh pergi dari hidup kita, orang yang telah hidup nyaman, tapi dengan kemurahan hatinya, dia mau bersusah payah membantu kita keluar dari kegelapan itu. Pada akhirnya, Josh dapat kembali ke raganya, dia kembali dapat menemukan kehidupan yang sesungguhnya, dan dalang kegelapan itu tak lagi menguasai raganya.

Kita pun dapat demikian, keluar dari kegelapan kita (mungkin dengan begitu banyak bantuan seperti Carl, Dalton dan Elise versi hidup kita) lalu sungguh-sungguh menemukan hidup kita kembali. Di akhir film, ternyata sang dalang kegelapan belum musnah, dia telah menemukan diri yang baru –orang lain- yang akan menjadi obyeknya. Itu benar sekali, karena di dunia ini hal negatif selalu ada dan selalu mencari mangsanya, tentu saja orang-orang seperti Josh yang akan menemukan hidupnya (kembali).

Flash Back

Dalam film Insidious 2, diceritakan latar belakang hantu wanita tersebut. Dulunya dia adalah seorang ibu yang memiliki seorang anak laki-laki. Namun, tampaknya Ibu itu tak bisa berdamai dengan keadaannya, dia begitu berambisi memiliki anak perempuan dan menyuruh anak laki-lakinya tersebut bertindak seperti anak perempuan, tapi anak lelaki tersebut tetap ingin menjadi lelaki, dan tetap bertingkah seperti lelaki. Tak tahu apa sebabnya, ketika dewasa, anak laki-laki tersebut menjadi pembunuh, mungkin karena tekanan ibunya. Di hari tuanya, dia masuk rumah sakit dengan kasus ingin mengebiri dirinya sendiri, saya rasa itu karena tekanan-tekanan/trauma yang ibunya berikan sepanjang hidupnya (rasanya ketika itu ibunya telah meninggal). Akhirnya, lelaki itu bunuh diri, mungkin itu seperti ledakan dari tekanan-tekanan yang dialami sepanjang hidupnya. Jiwa lelaki itu dan jiwa ibunya inilah yang mengganggu kehidupan Josh dan keluarganya.

Mengapa itu semua terjadi?

Sang Ibu tak pernah bisa berdamai dengan keadaannya dan tak menerima apa yang dia miliki, itulah hal negatif pertama. Ketidak damaian itu mengakibatkan tekanan-tekanan yang ia berikan pada anak lelakinya, tekanan yang terus-menerus diberikan, membuat sang anak tertekan, sang anak tak mengenali dirinya, trauma dan akhirnya hal negatif itu menjadi bagian dari dalam diri anak itu. Itulah hal negatif kedua. Setelah ibunya meninggal, rasanya anak tersebut tak mampu mengendalikan hal negatif yang telah ditanamkan dalam dirinya sejak kecil, akhirnya putus asa dan bunuh diri. Itulah hal negatif ketiga. Dan dalam film itu, mereka berdualah yang menjadi hantu dalam hidup Josh.

Akhirnya menjadi jelas, bahwa hal negatif itu terus-menerus ada. Josh kecil yang dikatakan mempunyai kelebihan (entah kekurangan) dalam dirinya ternyata mudah dikuasai oleh hantu tersebut. Tak ada yang salah dalam diri Josh kecil, dia hanya belum mengetahui seperti apa dirinya, namun akhirnya dia bisa normal kembali dengan bantuan Ibunya dan Elise, sahabat ibunya. Tetapi ternyata, hantu itu mengikutinya, atau entah kembali lagi ketika Josh dewasa, dan Josh bisa mengalahkannya.

Dalam hidup kita, hantu/sesuatu yang menghantui/ hal negatif selalu ada di sekeliling kita. Biasanya, satu hal negatif akan mengakibatkan hal negatif lainnya (seperti latar belakang hantu wanita tua dalam film tersebut). Mungkin kita kerap tak sadar bahwa hal negatif mendekati kita (seperti Josh kecil), tapi banyak orang lain yang akan membantu (seperti Ibu Josh dan Elise dalam film).

Mengapa Josh ada di dunia gelap tersebut? Ini kelanjutan dari Insidious 1. Josh mencari anaknya (Dalton) yang terjebak dalam dunia gelap tersebut. Anaknya dapat kembali, tapi Josh tertinggal di dunia gelap tersebut. Lalu cerita bersambung ke Insidious 2.

Josh hendak menyelamatkan anaknya dari dunia gelap, tapi dia malah terjebak dalam kegelapan itu juga. Ini mengingatkan pada film The Prisoners. Rasanya ini begitu paralel, yang satu terjebak, yang satu terpenjara (Prisoners). Sedikit cerita tentang The Prisoners, diceritakan seorang Ayah yang anaknya diculik, ditemukan seseorang yang mencurigakan, lalu polisi menangkapnya namun tak ada bukti yang menunjukkan orang tersebut bersalah. Kemudian polisi melepaskannya. Namun sang Ayah merasa curiga dengan semua tingkah orang itu dan akhirnya Ayah tersebut menyiksa secara luar biasa selama berhari-hari (tentu tanpa sepengetahuan polisi) agar orang tersebut mengaku dimana anak Ayah itu. Di akhir film, sang Ayah mengetahui siapa sesungguhnya penculiknya, dan tentu bukan orang yang selama ini ia siksa. Kita sering terjebak/terpenjara dalam pikiran negatif kita. Ingin menyelamatkan orang yang begitu kita sayangi dari hal buruk, namun kita pun rupanya dengan sadar malah terjebak pula di dalamnya.

Pada intinya, menurut saya film Insidious bukan tentang hantu, keseraman penampakan, atau setan-setan yang bangkit dari kuburan seperti film-film di Indonesia. Ini tentang hidup kita. Tentang bagaimana kita harus berdamai dengan diri kita/ hidup kita/ apa yang kita miliki, agar kita juga bisa berdamai dengan lingkungan kita, orang lain, juga tentu berdamai dengan Allah, tentu pula agar tak menabur hal negatif, karena atmosfer negatif itu akan terus menghantui kita dan menghantui orang lain (seperti cerita latar belakang hantu wanita tersebut). Tentu film ini juga tentang menemukan jiwa kita, jiwa yang kerap terjebak dalam hal-hal negatif, yang membiarkan raga kita dikuasai hal negatif, dan akhirnya kita sendirilah yang mengembalikan jiwa kita yang sesungguhnya itu pada diri kita -tentu dengan banyak bantuan- (seperti kisah Josh dewasa dalam film). Film ini juga tentang orang-orang yang secara sengaja atau tidak sengaja rela memberi bantuan, masuk dan menyentuh dalam penderitaan atau kegelapan kita, bahkan dengan mengambil resiko menunjukkan jalan agar kita bisa ‘pulang’ (seperti Carl, Elise dan Dalton dalam film).

Ini bukan film horror, tapi tentang kita. Jika kita tetap merasa ini adalah film horror, maka demikianlah horrornya hidup kita.

Setiap orang punya sudut pandang, ini hanyalah sudut pandang saya, bukan mengenai apakah sudut pandang itu salah atau benar, baik atau buruk, tapi sudut pandang adalah mengenai dimana kita berada sehingga kita bisa melihatnya demikian. I see you through your eyes & you see me through my eyes.

Salam & Berkah Dalem ....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline