Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Budaya Positif demi Murid Berkarakter Pancasila

Diperbarui: 19 Oktober 2023   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan di sekolah bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter.  Sebagaimana yang kita ketahui, setiap murid adalah unik dan kodrat setiap anak berbeda. Sebagai seorang guru, kita tidaklah membentuk siswa seperti seorang pandai besi atau pengrajin keramik yang membentuk tanah liat. Seorang guru laiknya petani yang menuntun tumbuhnya kodrat-kodrat baik murid.

Kodrat-kodrat baik murid dapat dituntun dengan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, bahagia, dan menyenangkan yaitu dengan lingkungan yang berbudaya positif. Budaya positif adalah nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, hormat, dan bertanggung jawab. Berikut beberapa elemen kunci dalam membentuk budaya positif di lingkungan pendidikan, termasuk disiplin positif, motivasi, hukuman, penghargaan, keyakinan kelas, 5 posisi kontrol, dan segitiga restitusi yang sudah saya terapkan di sekolah.

  • Disiplin Positif
  • Disiplin positif adalah pendekatan dalam mengelola perilaku siswa yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, emosional, dan perilaku yang baik. Guru dan staf sekolah harus menjadi contoh yang baik dalam hal ini. Disiplin positif menciptakan lingkungan di mana siswa merasa didukung dan memiliki peran aktif dalam pengelolaan perilaku mereka sendiri. Saya merasakan sendiri, bahwa ternyata menjadi guru bukanlah untuk memotivasi siswa, tetapi menuntun tumbuhnya motivasi intrinsik dalam diri siswa agar disiplin positif terbangun dengan sendirinya. Memang mungkin berjalan agak sulit, karena melakukan perubahan tentu beralih dari cara lama ke cara yang terbaru yaitu dengan membiasakan siswa melakukan kebaikan-kebaikan seperti penerapan 5S dan guru sebagai teladan.
  • Motivasi, Hukuman, Penghargaan dan Restitusi
  • Motivasi adalah kunci utama dalam membantu siswa belajar dengan baik. Guru harus memahami kebutuhan individu siswa dan menciptakan lingkungan yang merangsang motivasi intrinsik bukan menitikberatkan pada motivasi ekstrinsik. Hukuman dan penghargaan termasuk motivasi ekstrinsi yang berasal dari luar diri murid. Hal tersebut sebaiknya dapat dihindari. Sudah saatnya kita mengajak siswa bertanggung jawab dan memecahkan masalahnya sendiri dengan restitusi berasal dari keyakinan kelas. Saya juga berusaha menerapkan untuk tak ada lagi hukuman dan penghargaan. Jika siswa berhasil mencapai kompetensi, saya akan memvalidasi tindakannya dan cukup mengapresiasi apa yang dia lalui (lebih kepada proses) bukan pada hasilnya. Hal tersebut dapat membuka cakrawala bahwa ada proses yang tidak dapat dipandang seblah mata.
  • Keyakinan Kelas
  • Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama oleh  guru dan murid. Membangun keyakinan ini mengarah pada harapan yang tinggi terhadap semua siswa, memotivasi mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka. Keyakinan kelas juga menciptakan lingkungan di mana siswa merasa diterima dan didukung karena mereka terlibat dalam merumuskan keyakinan kelas. Ketika saya merumuskan keyakinan kelas saya tidak menyangka bahwa murid akan sangat antusias. Mereka terlibat dan berebut ingin memberikan pendapat masing-masing terkait pembelajaran di kelas. Hal tersebut membuat saya sadar bahwa memang benar murid akan bahagia jika dilibatkan dan diberdayakan.
  • 5 Posisi Kontrol
  • Konsep "5 Posisi Kontrol" adalah kerangka kerja yang digunakan untuk mengelola perilaku siswa. Ini mencakup posisi pengontrol, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Dalam budaya positif, guru menempatkan dirinya dalam posisi manajer. Posisi tersebut dapat melatih siswa bertanggung jawab, problem solving, dan mandiri karena melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Stelah mendapatkan materi tentang 5 posisi kontrol guru, saya berusaha untuk mencapai posisi manajer. Saya belajar untuk tidak menghakimi siswa atau langsung marah dengan mata melotot, saya belajar untuk mengontrol emosi dan marah saya. Ternyata siswa lebih tenang jika kita tidak dikuasasi amarah. Siswa juga merasa aman untuk meberikan jawaban-jawaban dibandingkan ia tertunduk lesu karena dimarahi, dibuat bersalah, dan lain-lain.
  • Segitiga Restitusi
  • Segitiga restitusi adalah pendekatan untuk menyelesaikan konflik dan mengelola perilaku di sekolah. Segitiga restitusi terdiri dari tiga tahapan, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Saya berusaha mencoba untuk mengaplikasikan langkah-langkah ini. Ternyata benar, siswa sebenarnya tak perlu dibentak, di judging ketika melakukan kesalahan untuk mereka mengakui kesalahannya. Saya banyak belajar dan materi budaya positif, apalagi tentang segitiga restitusi.

Membangun budaya positif di kelas dan sekolah adalah suatu keharusan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pembelajaran dan pembentukan karakter yang baik. Disiplin positif, motivasi, hukuman yang adil, penghargaan, keyakinan kelas, 5 posisi kontrol, dan segitiga restitusi adalah alat yang kuat dalam mencapai tujuan ini. Guru, staf sekolah, dan siswa harus bekerja bersama untuk menerapkan elemen-elemen ini guna menciptakan lingkungan pendidikan yang positif, dan memberdayakan. Dengan demikian, kita dapat membantu siswa tumbuh menjadi individu yang berkarakter profil pelajar pancasila.

Menciptakan budaya postif di sekolah tentunya sangat berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang berorientasi pada murid. Membuat lingkungan nyaman dengan disiplin postif dan menangani siswa dengan elegan dan bijaksana. Nilai-nilai guru penggerak juga sangat berkaitan dengan hal ini yaitu reflektif untuk melakukan perubahan, kolaboratif bersama rekan guru yang lain, serta mandiri. Dengan menciptakan budaya positif, kita melakukan perubahan yang sesuai dengan visi sekolah dan visi guru penggerak menuju perubahan yang baik. Kita dapat menyusun program/prakarsa perubahan yang mendukung sekolah yang kita impikan yaitu murid berkarakter pancasila.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline