Lihat ke Halaman Asli

Siva Fauziah

Mahasiswa

Kasus Penganiayaan Ketua BEM FMIPA UNS: Siapa yang Salah?

Diperbarui: 7 Oktober 2023   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada Rabu, 23 Agustus 2023 kembali terjadi salah satu peristiwa problematik di lingkungan kampus UNS tepatnya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) yaitu penganiayaan terhadap Ketua BEM FMIPA UNS Muhammad Khairul Umam oleh Sopir Dekan FMIPA.

Kronologi Permasalahan
Pada tanggal 23 Agustus 2023 di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) diadakan EXPO Ormawa yang merupakan bagian dari PKKMB FMIPA UNS. Pada saat itu seluruh Ormawa yang ada pada fakultas tersebut memperkenalkan serta mempromosikan Ormawa mereka masing-masing. Bersamaan dengan hal tersebut didapati poster yang menyinggung permasalahan kampus dan tersampaikan kepada Dekan FMIPA UNS. Karena hal tersebut tentunya Khairul Umam selaku ketua BEM UNS dipanggil oleh Dekan FMIPA UNS untuk mengkonfirmasi hal tersebut, singkat cerita Khairul Umam diantarkan bersama Dekan dan Sopirnya ke pada pihak Universitas di gedung rektorat. Setelah dari gedung rektorat Khairul Umam diantarkan kembali ke fakultas menggunakan mobil Dekan, di mobil sempat ada perbincangan dan pada saat itu Khairul Umam mendapatkan perlakuan kekerasan yang pertama pada rahang sebelah kanan oleh Supir Dekan yaitu Yudo, hal ini juga tentunya disaksikan oleh Dekan FMIPA UNS. Lalu pada sore menjelang mahgrib setelah sampai di FMIPA UNS Khairul Umam kembali mengalami pemukulan serta ancaman pembunuhan oleh Yudo selaku supir Dekan di halaman Masjid FMIPA UNS.

Komentar Berbagai Pihak
Permasalahan ini tentunya menimbulkan banyak komentar dari berbagai pihak baik yang terlibat maupun pihak yang tidak terlibat. Satu hari setelah kejadian terdapat konsoldasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dihadiri oleh Dekan FMIPA UNS, ia berkomentar bahwa ia tidak mengetahui adanya pemukulan tersebut ia hanya mengkonfirmasi bahwa memang benar Khairul Umam mengalami kekerasan pada saat perjalanan menuju FMIPA UNS namun ia sudah memberikan peringatan kepada Yudo sang sopir untuk tidak melakukan kekerasan. Buah hasil konsoldasi tersebut yaitu adanya pernyataan sikap untuk meminta kejelasan terhadap kasus penganiayaan Ketua BEM FMIPA UNS.

Setelah kasus ini tersebar di sosial media, netizen berkomentar bahwa kita tidak hanya dapat melihat kasus ini dari satu sisi saja melainkan harus dari kedua belah pihak, "tidak ada asap kalau tidak ada api". Adanya desas-desus bahwa Khairul Umam melakukan vandalisme pada mobil dinas kampus menjadi salah satu alasan Yudo sang sopir melakukan tindak penganiayaan. Hal ini kemudian dikonfirmasi oleh Khoirul Umam melalui postingan instagram @mipabergerak bahwa tindak vandalisme tersebut memang benar adanya namun bukan menggunakan cat atau pylox yang sulit hilang, hanya dituliskan menggunakan jari pada kaca mobil dinas yang berdebu yang tentunya mudah untuk dibersihkan.

Siapa Yang Salah?
Tindak kekerasan yang dilkukan oleh Yudo sang sopir Dekan patutnya tidak bisa dibenarkan. Kasus vandalisme yang dilakukan oleh Khairul Umam tidak sebanding oleh penganiayaan yang dilakukan kepadanya oleh Yudo. Penganiayaan yang dapat menimbulkan luka baik secara fisik maupun mental rasanya-rasanya tidak pantas apabila disandingkan dengan kasus vandalisme yang hanya menimbulkan sedikit akibat. Apalagi terdapat informasi bahwa korban  setelah melakukan tindak vandalisme sudah ditegur dan diberikan sanksi untuk mencuci mobil tersebut sehingga kembali ke kondisi semula bahkan lebih baik. Maka sudah sepatutnya sang sopir Dekan Yudo mendapatkan teguran maupun sanksi yang sebanding.
 
Adanya buzzer yang bersuara untuk mendukung pihak Yudo sang sopir Dekan di kantin FMIPA UNS mempertanyakan bahwa apakah Khairul Umam ingin merusak citra kampus UNS dan tidak memikirkan keluarga pelaku. Rasanya hal ini tidak pantas untuk disuarakan kekerasan yang ada di lingkungan kampus tidak dapat dibenarkan dan ditutupi, "Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga" pembenahan serta keadilan terhadap kasus ini tetap harus ditegakan.  Tentang pemikiran keluarga pelaku, apakah Khairul Umam tidak memiliki keluarga? Keluarga terutama kedua orang tua Khairul Umam juga sepertinya tidak bisa menerima anaknya yang merantau untuk menuntut ilmu dipukuli oleh Tenaga Pendidikan secara semena-mena. Bagaimana perasaan kedua orang tuanya saat mendapatkan kabar anaknya dipukuli di lingkungan kampus yang dirasa mereka sudah aman dan bagus sebagai sarana melanjutkan jenjang pendidikan?.

Alasan serta motif yang dirasa kurang kuat menimbulkan suatu dugaan adanya campur tangan birokrat kampus. Kampus yang di cap "Problematik" menjadi salah satu pernyataan yang mendukung hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline