Salah satu fakultas terlama di Universitas Indonesia yang dapat dilihat dari wajah gedung-gedungnya, yaitu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya atau FIB. Fakultas yang rimbun akan pohon dan terbagi menjadi 10 gedung ini memiliki 15 program studi. Tidak lupa kantin ikonik dengan bangunan dominasi berwarna putih, atap kerucut putih, dan hiasan pada atapnya yang tinggi ditemani aroma ayam yang sedang digoreng disebut Kantin Budaya, tetapi lebih dikenal sebagai Kansas atau Kantin Sastra. Program studi di FIB yang cenderung banyak, tentunya terdapat pula prodi terlama di FIB, yaitu program studi Sastra Indonesia.
Sastra Indonesia menjadi salah satu dari keempat program studi yang ada di Fakultas Sastra, sebelum berubah menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Sastra Indonesia di FIB UI bisa dibilang berbeda dengan Sastra Indonesia yang ada di kampus lain, tidak hanya ada pembelajaran sastra dan linguistik, tetapi ada juga filologi. Kegiatan belajar dilakukan biasanya beragam di gedung-gedung yang tersedia di FIB, kebanyakan mengisi gedung X, gedung IX, gedung VIII, gedung VI, gedung IV, dan lain-lainnya. Mata kuliah yang dipelajari begitu beragam dan tentu diajar oleh dosen pengampu yang juga keren, salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono.
Nama yang begitu dikenal dalam kancah sastra di Indonesia sekaligus pernah menjabat sebagai guru besar Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia dan dosen Sastra Indonesia. Informasi mengenai Sapardi sebagai pengajar di Universitas Indonesia dapat diakses melalui laman FIB UI. Sebuah keberuntungan bagi mahasiswa yang diajar langsung oleh Sapardi Djoko Damono, salah satunya adalah Ibnu Wahyudi atau yang biasa disapa Mas Iben oleh mahasiswanya. Dosen yang baru saja pensiun baru-baru ini pernah menjadi salah satu mahasiswa Sapardi Djoko Damono pada mata kuliah Pengkajian Sastra, PMKI (Perkembangan Masyarakat dan Kesenian Indonesia), dan Sastra Bandingan.
"Saya sudah mengetahui nama Pak Sapardi sewaktu masuk FSUI tahun 1978. Tapi saya masuk Sastra Inggris FSUI bukan karena Pak Sapardi; ya ingin saja kuliah di FSUI. Baru tahun kedua, setelah kenal cukup baik tentang sastra dan Pak Sapardi, saya pindah ke Jurusan Sastra Indonesia, tahun 1979. Jadi, perasaan saya tentu senang ada sastrawan nasional di FSUI. Bujan hanya Pak Sapardi yang saya kenal tapi juga HB Jassin karena saya sudah baca bukunya sewaktu SMA, Gema Tanah Air. Maka, makin mantaplah saya pindah Indonesia," jelas Mas Iben perihal perasaannya saat masuk ke prodi Sastra Indonesia.
Kebanggaan mahasiswa program studi Sastra Indonesia bukan hanya pada yang pernah diajar saja, mahasiswa kini pun merasakan hal yang sama. Sangat wajar kebanggaan ini muncul, penulis Hujan Bulan Juni sekaligus dosen ini sudah mengajar sejak 1974 di Fakultas Sastra UI. Bahkan, salah satu mata kuliah sastra sering menjadikan ulasan beliau sebagai bahan rujukan mahasiswa, contohnya Sosiologi Sastra.
Tidak banyak yang tahu memang soal Sapardi Djoko Damono yang pernah mengajar dan menjadi guru besar di Universitas Indonesia. Kemungkinan hal itu terjadi karena Sapardi menempuh kuliah Sastra Indonesia justru di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Informasi mengenai Sapardi yang mengisi kursi sebagai pengajar sampai guru besar di Universitas Indonesia dapat Namun, tidak dipungkiri ini menjadi suatu hal yang membanggakan walaupun mahasiswa sekarang tidak berhadapan langsung oleh Sapardi Djoko Damono sebagai pengajar.
Jadi, yakin masih pikir dua kali buat masuk Sastra Indonesia UI?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H