Lihat ke Halaman Asli

Pro Kontra Polisi Razia SMA Pelosok

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13848546291388982131

"SMA pelosok saja ada razia! Memang kita mau kebut-kebutan di kampung! Jalan di kampung saja becek!", "SMA kita kan di pelosok, mana ada angkutan lewat sekolah. Kalau bukan dengan naik montor, dengan apa kita ke sekolah?", "Kalau tidak kepepet, aku juga tidak akan membawa montor!" Begitulah suara suara siswa SMA pelosok. Mereka merasa keberatan dengan adanya razia SIM yang dilakukan di sekolah pelosok. Sebenarnya bila melihat medan di sekitar SMA pelosok ini tidak ada yang mengkhawatirkan. Sekolah pelosok ini biasanya berdiri di antara lingkungan perkampungan. Lingkungan yang notabenenya padat penduduk ini sama seperti yang lainnya. Lingkungan tersebut belum memiliki tanah yang beraspal. Hanya beberapa meter jalan yang sudah dipaving dan selebihnya masih berupa tanah. Jalan berpaving atau jalan yang masih berupa tanah beberapa terlihat belubang di beberapa sisi. Jalan yang berlubang ini lah yang di saat musim hujan menjadi genangan air, lantas menjadi banjir. Keadaan yang sudah lazim di perkampungan padat penduduk namun tidak seharusnya terjadi di lingkungan sekolah. Di sinilah peran pemerintah sebagai penjamin sarana pendidikan dipertanyakan. Ke mana saja pemerintah ketika ada sekolah yang bangunannya terendam banjir? Bagaimana cara kerja pemerintah hingga ada sekolah yang terendam banjir? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus mengalir sepanjang sekolah pelosok belum mendapat perhatian dari pemerintah. Kondisi medan tersebut yang disertai dengan tidak adanya angkutan yang melintasi sekolah membuat para siswa terpaksa memakai montor meskipun belum mempunyai SIM. Hal ini akhirnya dilakukan oleh seluruh siswa sekolah tersebut. Sebagian masyarakat sekitar merasa tidak masalah dengan hal tersebut karena mereka menyadari betul kontur jalan ke sekolah sangatlah tidak memungkinkan untuk dilalui angkutan. Sebagian lagi masyarakat menilai bahwa hal tersebut merupakan hal yang keliru karena banyak masyarakat yang memiliki anak kecil yang suka bermain di depan rumah. Mereka khawatir anak mereka dapat menjadi korban kecelakaan para siswa yang membawa montor. Kemudian dari pendapat para masyarakat yang resah karena para siswa membawa montor itulah akhirnya polisi memutuskan untuk terjun ke lapangan dan merazia para siswa yang tidak memiliki SIM namun tetap membawa montor. Mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan meminimalisir kecelakaan yang sering dilakukan remaja nakal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline