Lihat ke Halaman Asli

Tetangga "Tukang Rumpi" Ganggu Privasi?

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di lingkungan tempat tinggal kita, sudah tidak asing lagi bila melihat para tetangga membicarakan 0rang lain. Biasanya mereka membicarakan hal-hal yang sedangbooming di televisi. Seperti kasus perceraian selebriti, kasus korupsi pejabat tinggi negara, dan lain sebagainya.

Namun, seiring berjalannya waktu bukan hanya hal-hal yang sedangbooming di televisi saja yang mereka bicarakan. Melainkan juga menyangkut kehidupan orang-orang di sekita mereka.

Nah, dari sinilah budaya "rumpi" mulai muncul. Ketika mereka mendapati anak gadis tetangga mereka pulang ke rumah hingga larut malam, maka dengan segera hal tersebat akan menjadi bahan pembicaraan yang hangat. Mereka tidak perduli apakah gadis tersebut pulang larut malam karena bekerja atau kuliah. Bagi mereka dengan gadis tersebut pulang larut malam, berarti gadis tersebut telah membuat aib bagi keluarganya.

Dari budaya rumpi tersebut, tidak jarang di antaranya menimbulkan hasutan bagi orang lain. Hasutan ini seakan menjadi profokator atas  pembicaraan yang sedang hangat tersebut. Jadilah image sesorang buruk akibat budaya rumpi tersebut.

Hal inilah, yang akhirnya mengganggu privasi kita. Para tetangga "tukang rumpi" tersebut menilai kita berdasarkan sudut pandang mereka sendiri. Lambat laun, kita pun menjadi enggan beraktivitas karena takut apa yang kita lakukan akan menjadi bahan rumpi para tetangga.

Para tetangga "tukang rumpi" ini kebanyakan adalah kaum ibu. Mereka yang sebenarnya tidak mempunyai pekerjaan lalu menganggur lantas berkumpul dengan orang-orang yang bernasib sama. Dari perkumpulan itulah mereka akhirnya mulai melakukan aktivitas  "rumpi" tersebut, di mulai dari topik mengenai hal-hal yang sedangbooming di televisi.

Hal tersebut sebenarnya dapat diantisipasi dengan tidak berkumpulnya para tetangga yang menganggur. Karena bagaimana pun "rumpi" tersebut muncul ketika beberapa orang yang menganggur mulai membicarakan hal-hal yang tidak penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline