Lihat ke Halaman Asli

SIVA CHUSNITA

Mahasiswa - Universitas Islam Sultan Agung

Menjaga Mahkota dengan Memberikan Pendidikan Seksual Sejak Dini

Diperbarui: 8 Januari 2023   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siva Chusnita, Mahasiswa Prodi Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Unissula

Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H., Dosen Fakultas Hukum, Unissula

Sex education bukan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, melainkan pelajaran penting yang harus diajarkan dan diketahui. Beberapa orang menganggap seks sebagai hal yang wajar, jorok dan hina. Kurangnya pendidikan seksual pada anak-anak, bahkan orang dewasa yang bisa saja belum tentu paham, menyebabkan banyak terjadi kasus hamil di luar nikah, pergaulan bebas, seks bebas, penularan penyakit, dan perceraian.

Masih banyak orang tua yang berpikir jika mengedukasi seks kepada anak-anaknya justru menjerumuskan anak untuk mencontoh apa yang mereka bicarakan. Padahal belum tentu. Pada dasarnya orang tua hanya mengajarkan tentang sex education dan bukan mengarah pada melakukan hubungan intim. Sekilas terdengar sama namun dua hal tersebut berbeda.  

Sex education atau pendidikan sex menurut Patty, et.al. (2022) adalah pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin, mencakup pertumbuhan jenis kelamin, fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, perkembangan alat kelamin, menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. 

Sex education yang baik sangat diperlukan mengingat anak yang terus tumbuh beranjak remaja tentunya akan tertarik kepada lawan jenis. Edukasi ini bertujuan mencegah anak-anak mendapatkan informasi yang salah, seperti pacaran layaknya seperti orang barat yang bebas. Pun mencegah mereka mengalami musibah hina, merasa putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri sampai dengan aborsi akibat salah pergaulan. Kasus aborsi yang menjamur disebabkan karena belum adanya kesiapan mental.

Dalam islam telah ditegaskan bahwa haram hukumnya melakukan hubungan intim tanpa status halal. Mirisnya, generasi muda sekarang menjadikan pergaulan bebas sebagai hal yang lumrah di kalangan remaja. Pergaulan bebas yang dilakukan remaja sangat menyimpang dari nilai-nilai pancasila, terutama sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa".  

Kurangnya pemahaman dan perhatian orang tua membuat mereka terjerumus. Tidak adanya penanaman nilai agama sejak dini juga menjadi faktor pergaulan bebas. Para remaja tidak tahu apa dampak dari perbuatannya, yang mereka ketahui hanya kesenangan dan kepuasan.

Pada kenyataannya masih sedikit orang yang teredukasi pendidikan seksual. Seks menjadi hal yang tabu dan memalukan bahkan sekedar untuk dibincangkan. Masyarakat cenderung akan mengecap 'otak  mesum' pada orang-orang yang berbicara tentang seks, bahkan pendidikan seks sekalipun.

Anak yang telah dibekali pendidikan seksual yang baik dan tepat, akan mempunyai kepribadian yang bertanggungjawab. Mereka akan bertanggungjawab menjaga mahkotanya sendiri, menjaga nama baik orang tua, lebih menghargai orang lain, serta tahu batasan terhadap orang lain.

Pelaku seks bebas mudah tertular penyakit menular seks, salah satunya HIV. Human Immuanodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Virus HIV dapat mengembangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency) yaitu gejala yang timbul akibat sistem kekebalan tubuh melemah disebabkan oleh infeksi HIV.  

AIDS merupakan penyebab infeksi utama kematian orang dewasa di dunia (Suarnianti dan Haskas, 2021). Dan salah satu penularan HIV AIDS adalah melalui hubungan badan tanpa pengaman bersama pengidap HIV.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline