Lihat ke Halaman Asli

Sitti Rabiah

Kepala TK & Paud

Wow .. Listrik Saya Belum Pintar, Ternyata

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14120498292038346973

[caption id="attachment_326418" align="alignnone" width="700" caption="Pak Munief Budiman, Pak Bambang Dwiyanto, Mas Karel Anderson (foto Blogdetik)"][/caption]

Listrik Saya Belum Pintar. Itulah yang timbul dalam pikiran saya saat mengikuti acara “Blogger Bicara” yang digelar BLOGDetik bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) bertema: “Ideku Untuk PLN” di gedung Pinisi Edutainment Park, Pasaraya, Blok M Jakarta Selatan, pada hari Minggu, pertengahan September 2014 lalu.

Awalnya acara ini cukup lumayan mengesankan bagi saya, karena ada penampilan   dari Pinisi Edutainment Park yaitu drama “Lutung Kasarung”, yang tampil adalah anak-anak 5-16 tahun. Drama ini cukup mendidik karena ada ratu yang sangat kejam dan ada ratu yang sangat baik dan bijaksana dalam suatu kerajaan.

Belum selesai drama tersebut, kami para blogger dipersilahkan naik ke lantai atas untuk menikmati hidangan makan siang. Wah……pas banget, kebetulan cacing-cacing di perutku sudah mulai resah dan gelisah, jadinya langsung deh….nyantap hidangan makanan yang cukup lumayan banyak jenisnya dan sangat enak-enak itu.

Setelah makan siang, saya turun ke lantai lima dari gedung ini untuk sholat Dhuhur, dan kemudian naik lagi ke lantai sembilan untuk bergabung dengan teman-teman blogger. Acara “Blogger Bicara” dilanjutkan, wah….presenternya Mas Karel Anderson. Pasti gila nih acaranya kata saya dalam hati. Kenapa, karena Mas Karel ini pintar menghidupkan suasana, lagi pula sering ngerjain orang. Pokoknya harus tebal muka deh kalau sesi pertanyaan.

Wow….ternyata ada petinggi-petinggi PLN yang juga hadir di acara ini. Mereka cukup beribawa tapi sempat juga dikerjain sama Mas Karel, di antaranya Manager Senior PLN Pusat yaitu Bapak Bambang Dwiyanto dan Manager Bidang Niaga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yaitu Bapak Munief Budiman.

Keduanya memaparkan tentang bagaimana pelayanan listrik pada masyarakat selama ini. Dari keterangan beliau berdua, akhirnya saya tahu istilah “PLN Bersih” itu. Yaitu PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang, “melayani publik dengan baik dan bersih no suap”. Wow...keren. Dari upaya ini, diharapkan masyarakat bisa memperoleh kepastian layanan dan hanya membayar sesuai tarif layanan yang sudah ditetapkan. Itu artinya, PLN harus menutup peluang-peluang terjadinya korupsi. Dalam melayani masyarakat, tidak ada biaya lain atau suap. Insya Allah. Amin....

Listrik Pintar, Pelanggannya O’on?

Seperti diketahui bersama, bahwa PLN atau perusahaan Listrik Negara adalah sebuah BUMN, yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945, perusahaan listrik yang dikuasai Jepang, direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945, lalu diserahkan ke pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas oleh Presiden Soekarno. Pada tanggal 1 Januari 1965 dibentuk 2 perusahaan Negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik, dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.

Saat itu PLN kapasitasnya sebesar 300 MW. Tahun 1972 ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Nah begitu deh ceritanya dari hasil pencarian yang saya lakukan melalui Mbah Google,  panjang juga ya sejarahnya?

Bapak Munief juga menjelaskan bahwa “Listrik Pintar” itu, yaitu listrik pra bayar. Pada sistem Listrik Pintar, pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan, dimasukkan ke dalam Meter Pra Bayar (MPB) yang terpasang di lokasi pelanggan melalui sistem “token” (pulsa) atau stroom. Dengan menggunakan sistem “Listrik Pintar”, pelanggan tidak perlu lagi berurusan dengan pencatatan meter yang biasanya dilakukan setiap bulan, dan tidak perlu terikat dengan jadwal pembayaran listrik bulanan. Wah praktis banget ya?

Setelah mendengar penjelasan Pak Munief, saya akhirnya berkesimpulan, berarti listrik di rumah saya selama ini termasuk belum pintar dong? Hehehehe……..soalnya listrik saya masih bayar di loket, dan meterannya masih dicatat. Itu pun kalau pencatatnya datang dan bisa masuk ke halaman atau teras rumah untuk mencatat, tapi kalau saya tidak ada di rumah, pintu agar juga digembok, ya tukang catatnya cuma bisa “nembak-nembak” aja alias ngarang doang ya?

Eiit tunggu dulu. Saya gak memfitnah loh, sebab fitnah itu berdosa dan dalam ajaran agama yang saya anut, “fitnah itu lebih kejam dari membunuh”. Betul gak? Tapi serius, sungguh ini adalah kejadian beneran dan saya sendiri yang mengalaminya sebagai pelanggan PLN. Ceritanya selama dua bulan berturut-turut di awal tahun 2014 lalu, tagihan listrik saya yang tercatat di loket hanya Rp.10.000,-/bulan, nggak masuk akal kan?

Belum lagi kalau saya pulang kampung untuk mudik lebaran ke Makassar, Sulawesi Selatan yang biasanya terpaksa harus nunggak sampai 2 bulan. Saya selalu dikirimi “surat cinta” dari PLN yang mengancam mau diputus cintanya, eh aliran listrik maksudnya, tapi sampai saya menyelesaikan tunggakan, nggak diputus-putus juga. Bukan mengharap agar di-“putus listrik” karena ada kesalahan pada pencatatan, tapi ini karena tiba-tiba ada peringatan dari kantor cabang (saya biasa membayarnya di loket khusus atau kantor RW di komplek perumahan) yang harus membayar tagihan listrik yang lebih mahal berdasarkan catatan dari kantor cabang PLN.

Akhirnya pusinglah saya karena harus mencari uang yang banyak untuk membayar  tunggakan listrik 2 bulan. Padahal jelas seperti cerita kejadian di atas, itu bukan karena saya bandel sampai menunggak, tapi karena pencatatan meteran yang tidak akurat kan? Wah…..urusannya sangat merepotkan deh pokoknya. Saya harus bolak-balik dari rumah ke loket PLN d kantor RW, lalu bagian pengaduan di kantor cabang, terus diarahkan ke bagian khusus masalah tagihan. Asal tahu saja, jarak antara rumah dengan loket di kantor RW, loket pengaduan PLN cukup jauh jarak dan tempatnya. Pantaslah kalau saya capek dan rempong. Lebih dari itu, listrik saya boleh dikatakan masih belum pintar karena sering membuat saya kerepotan…….

Ini Nih Ide Para Pelanggan

Terus apa dong ide-ide para blogger untuk PLN? Ada beberapa masukan dari para blogger, dan itu disampaikan pada saat sesi pertanyaan, di antaranya: Kapan saatnya PLN memakai tenaga cahaya matahari? Wow…keren ya? Ada juga yang mengatakan di luar negeri ada Negara yang memakai lampu penerangan dengan tenaga angin, kenapa kita di Indonesia tidak mencoba? Subhanallah…..

Tapi ada juga yang menginginkan supaya pencurian listrik harus diberantas dan dihukum seberat-beratnya, agar PLN tidak mengalami kerugian. Ada pula yang menyampaikan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar bahkan di bawah SUTET (itu loh, semacam tower dari besi yang tinggi dengan bentangan kabel listrik) agar jangan diberikan penerangan listrik, atau jangan diberikan izin tinggal di bawah area SUTET. Sebab selama ini sering terjadi kasus kesetrum yang mengakibatkan kematian. Ujung-ujungnya yang selalu disalahkan adalah pihak PLN.

Ada juga blogger yang bercerita soal pengalaman di tempat tinggalnya, ada protes dari warga karena sering terjadi pemadaman listrik secara bergilir, bahkan tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga menimbulkan kerusakan pada barang elektronik di rumah mereka. Dari banyak kejadian seperti ini, sehingga warga memberikan julukan PLN itu bukan sebagai  kepanjangan dari Perusahaan Listrik Negara, tapi Perusahaan Lilin Negara hehehe.... Lalu gimana dong Pak Bambang dan Pak Munief menanggapi hal ini? Sabar ya pak.......

Dalam acara ini ada juga pesulap konfensional, yaitu Pak Tarno yang juga memeriahkan acara ini. Saya heran, pesulap ini sukanya minta dibantu tapi kok banyak yang suka ya? Katanya, “bantu ya….bantu ya….bimsalabim….jadi apa prok-prok-prok……”. Wah sangat seru acara ini ternyata, menyesal deh bai yang tidak hadir. Belum lagi karena ada acara bagi-bagi hadiah yang diundi berdasarkan ide-ide yang ditulis dan ditempelkan pada sebuah papan yang khusus disediakan saat registrasi ulang peserta Blogger Bicara ini.

Mau tahu hadiah apa yang saya dapat dari acara heboh ini? Alhamdulillah saya membawa pulang satu kardus mie instan dan sekarung beras hehehe... Ini karena ternyata nama saya beruntung dicopot oleh bintang tamu Syahrini (nama aslinya sih Putri Chaniago) dari papan khusus tadi lalu diumumkan oleh Mas Karel, ditambah dengan hadiah flashdisk, pulpen dan notes kecil.

Terima kasih ya PLN, semoga sukses selalu melayani masyarakat yang semakin tinggi permintaannya. PLN harus maju terus, kalau PLN  maju Insya Allah Indonesia juga  maju. Selamat Ulang tahun PLN yang ke 69 tanggal 27 Oktober 2014, tetaplah menjadi “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik” (Electricity for a better life).

[caption id="attachment_326416" align="alignnone" width="560" caption="Dapat giliran bertanya di acara Blogger Bicara PLN (foto Blogdetik)"]

141204952781719043

[/caption]

Salam

Sitti Rabiah

Facebook: Bunda Rabiah Raihan

Twitter: @sittirabiah2011

Email: sittirabiah2011@yahoo.com

Baca juga tulisan saya yang lain:

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/04/02/pengalaman-menjaga-pasien-di-rs-dr-wahidin-sudirohusodo-makassar--547711.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline