Lihat ke Halaman Asli

Lolly kabur dari safe house : Sorotan pada kurangnya peran emosional orang tua

Diperbarui: 10 Januari 2025   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Wawancara Lolly, Sumber: Property Of Jurnal Brother

Jakarta, 10 Januari 2025

Kasus Lolly kembali menjadi perhatian publik setelah ia dilaporkan melarikan diri dari safe house pada 9 Januari 2025. Insiden ini tidak hanya memicu kekhawatiran terkait keselamatannya tetapi juga menyoroti isu yang lebih mendalam, yaitu kurangnya peran emosional dari kedua orang tua dalam tumbuh kembang Lolly.

Dari hasil wawancara eksklusif yang dilakukan, Lolly mengungkapkan rasa kecewa mendalam terhadap sikap ibunya, terutama selama lima bulan terakhir ia berada di safe house. "Selama lima bulan saya di sini, ibu saya tidak pernah menjenguk sekalipun." ujar Lolly dengan nada marah dan kecewa. Selain dari permasalahan dengan ibunya, permasalahan internal seperti dirinya yang disatukan dengan penderita hiv, odgj dan juga pekerja seksual sehingga membuat dirinya merasa tidak nyaman dan aman berada di safe House. Sumber dari suara.com

Pernyataan yang paling mencuri perhatian adalah ketika Lolly mengatakan, "Di dunia ini kan bukan cuma anak yang bisa durhaka, tapi ibu juga bisa durhaka." Pernyataan ini mencerminkan luka batin yang ia rasakan akibat ketidakhadiran figur orang tua dalam hidupnya.

Kurangnya dukungan emosional dari orang tua disebut-sebut menjadi salah satu alasan Lolly mencari pengganti figur tersebut dalam pasangannya. Saat ini, Lolly diketahui memiliki kekasih bernama Vadel Badjijed, seorang penari TikTok yang cukup dikenal. Banyak pihak menduga bahwa hubungan ini menjadi pelarian emosional bagi Lolly, yang selama ini merasa kesepian dan kurang mendapatkan perhatian dari keluarga.

Safe house, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pemulihan bagi Lolly, tampaknya gagal memenuhi kebutuhan emosionalnya.

Kasus ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa hubungan antara orang tua dan anak tidak hanya tentang pemenuhan kebutuhan materi, tetapi juga kebutuhan emosional yang sering kali terabaikan. Ketidakhadiran fisik dan emosional orang tua dapat berdampak signifikan pada perkembangan psikologis anak, terutama dalam masa-masa sulit seperti yang dialami Lolly.

Di sisi lain, publik juga berharap agar keluarga Lolly dapat memperbaiki hubungan mereka demi masa depan sang remaja.

Kasus Lolly menjadi cerminan penting akan pentingnya peran keluarga dalam menjaga kesehatan mental dan emosional anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline