Lihat ke Halaman Asli

Mimpi Terindah

Diperbarui: 28 Mei 2016   02:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebuah mimpi yang katanya adalah bunga tidur. Aku percaya dan sangat percaya karena memang mimpi itu timbul ketika kita memikirkan sesuatu yang sangat spesil. Dan pikiran yang terus menerus berkecamuk itu membawa ke alam bawah sadar, dan tanpa disadari akan terbawa dalam mimpi kita. Mimpi memang ada sebagian yang mengartikan sebagai tanda-tanda, sebuah peringatan atau lain sebagainya. Banyak yang mencocokkan sebuah kejadian yang sudah berlangsung dan mengatakan bahwa sebenarnya dia telah dingatkan dalam mimpinya.

Tak menjadi masalah bagiku siapa yang benar. Bagiku mimpi adalah mimpi, sebuah kenangan di alam bawah sadar, yang kadang buruk, tetapi terkadang juga baik. Tidak usah terlalu dipikirkan, anggap saja suatu saat apabila kita bermimpi buruk, suatu saat kita tidur dan mengharapkan mimpi yang baik.

Berkenaan judul mimpi terindah yang penulis buat diatas, bukan berarti apa-apa. Suatu malam penulis bermimpi indah, mimpi yang penulis ingat sampai sekarang. Mimpi mendapatkan Indonesia terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Mimpi yang memperlihatkan Indonesiaku tercinta menjadi negara super power baik dalam segi ekonomi, persenjataan maupun moral. Mimpi tentng sangat rukunnya masyarakat dan para politisi yang mau mengakui kekalahan dalam sebuah moment politik. Bahu membahu membawa Indonesia menjadi lebih baik dan maju.

Mimpi itu memang indah. Rasa sesal setelah kuterbangun ternyata hanya mimpi. Masih sering kulihat berbagai pertengkaran, pertikaian dan adu pendapat yang tak ujung pangkalnya. Tapi itulah negeri kita terncinta Indonesia. semoga menjadi maju dan tidak hanya dalam mimpi tapi dalam sebuah kenyataan.

Wassalam

Penulis adalah orang awam

berusaha dalam bidang umroh

dan hanya ingin Indonesia maju

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline