Lihat ke Halaman Asli

Siti Zumaroh

Pendidik

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Diperbarui: 14 Februari 2024   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/id/illustrations/keputusan-pilihan-jalan-1697537/Input sumber gambar

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Dalam proses pengambilan keputusan seorang pemimpin harus menjadi seorang teladan seperti salah satu bunyi pratap triloka KHD yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha. Keputusan yang dipimpin oleh seorang pemimpin harus bijaksana dan berpihak pada murid. Pratap triloka kedua yaitu ing madya mangun karso yang memiliki makna bahwa seorang pemimpin harus memberi semangat. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus tetap mengedepankan semangat atau motivasi untuk menuntun anak. Jadi, dengan seperti itu keputusan yang diambil akan bijaksana. Pratap triloka yang terakhir adalah Tut Wuri Handayani yang memiliki makna bahwa dalam pengambilan keputusan hasil yang diputuskan tepat dan bijaksana, sehingga filosofi KHD yaitu menuntun anak mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang seting-tingginya dapat terwujud.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita junjung saat mengambil keputusan. Keyakinan, moral, dan standar etika yang kita pegang teguh berfungsi sebagai kompas yang memandu pilihan kita. Saat dihadapkan pada keputusan, nilai-nilai internal ini membentuk prioritas, preferensi, dan kriteria yang kita gunakan untuk mengevaluasi pilihan. Misalnya, jika kejujuran adalah nilai inti, kita cenderung memprioritaskan transparansi dan kebenaran dalam keputusan kita. Demikian pula, jika empati adalah nilai utama, kita mungkin akan memilih pilihan yang mempertimbangkan kesejahteraan dan perasaan orang lain. Intinya, nilai-nilai kita bertindak sebagai filter yang melaluinya kita menilai implikasi etika, sosial, dan pribadi dari keputusan kita. Prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagai landasan di mana kita membangun prinsip-prinsip kita, memastikan bahwa pilihan-pilihan kita sejalan dengan keyakinan inti yang mendefinisikan siapa kita sebagai individu.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pokok bahasan pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan pembinaan atau bimbingan yang diberikan oleh mentor atau fasilitator dalam perjalanan pembelajaran kita, khususnya pada saat mengevaluasi keputusan yang telah kita ambil. Proses pembinaan memainkan peran penting dalam membantu kita menilai efektivitas pengambilan keputusan. Pelatih dapat memberikan wawasan berharga, mengajukan pertanyaan menyelidik, dan memberikan umpan balik konstruktif, yang mendorong kita untuk mengevaluasi secara kritis keputusan yang telah kita ambil. Hal ini membantu kita merenungkan apakah keputusan kita selaras dengan tujuan, nilai, dan aspirasi jangka panjang kita. Selain itu, sesi pelatihan berfungsi sebagai platform untuk mengatasi keraguan atau pertanyaan yang mungkin kita miliki mengenai keputusan kita. Dengan terlibat dalam proses reflektif ini, kita dapat menyempurnakan keterampilan pengambilan keputusan dan membuat pilihan yang lebih tepat di masa depan. Oleh karena itu, pembinaan bertindak sebagai alat yang mendukung dan mendidik yang melengkapi perjalanan pengembangan diri kita dan memastikan bahwa keputusan kita dipertimbangkan dengan baik dan selaras dengan pertumbuhan pribadi dan profesional kita.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosionalnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan secara signifikan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Pendidik yang memiliki kecerdasan sosial dan emosional yang kuat lebih siap untuk menghadapi permasalahan moral yang kompleks dalam konteks pendidikan. Keterampilan ini memungkinkan mereka untuk berempati dengan sudut pandang dan emosi siswa, sehingga menciptakan lingkungan kelas yang suportif dan inklusif. Ketika dilema etika muncul, guru dengan kesadaran sosial-emosional yang tinggi cenderung mempertimbangkan dampak emosional dari keputusan mereka terhadap siswa, sehingga dapat menghasilkan resolusi yang lebih bijaksana dan penuh kasih sayang. Selain itu, guru seperti ini lebih baik dalam membangun hubungan positif dengan siswanya, yang dapat membuka saluran komunikasi untuk berdiskusi dan mengatasi permasalahan etika yang muncul. Intinya, kompetensi sosial dan emosional seorang guru memainkan peran penting dalam mendorong pengambilan keputusan etis dalam pendidikan, membina lingkungan belajar yang lebih harmonis dan membina bagi semua.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berpusat pada permasalahan moral atau etika dalam pendidikan selalu bermuara kembali pada nilai-nilai inti yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam pertimbangan seperti itu, pendidik didorong untuk melakukan introspeksi, merefleksikan nilai-nilai pribadi mereka dan prinsip-prinsip yang memandu tindakan mereka di kelas. Nilai-nilai yang dipegang teguh ini berfungsi sebagai pedoman moral ketika menghadapi situasi yang rumit secara etika. Keputusan etis seorang guru sering kali dibentuk oleh dedikasinya dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, adil, dan kondusif bagi pertumbuhan. Selain itu, sikap etis pendidik dipengaruhi oleh kode etik masyarakat dan profesional yang lebih luas, yang menggarisbawahi pentingnya keadilan, kejujuran, dan rasa hormat dalam lingkungan pendidikan. Diskusi ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran diri dan memperdalam pemahaman tentang tanggung jawab etis dan kewajiban intrinsik profesi guru. Pada akhirnya, pengujian dilema moral atau etika dalam pendidikan membantu para pendidik menegaskan kembali komitmen mereka terhadap nilai-nilai ini, memastikan bahwa praktik pengajaran mereka tetap selaras dengan prinsip-prinsip yang mereka junjung tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline