Lihat ke Halaman Asli

Siti Swandari

Penulis lepas

Darah Biru yang Terluka ( 89 )

Diperbarui: 2 Juli 2015   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian ke Delapan Puluh Sembilan : PENJAGA MALAM SEREM

Dari kampus, aku dan Achsan mampir di mini market dekat rumah untuk membelikan sekedar kudapan buat Ria dan Made.
Mereka sedang duduk di gazebo ditaman halaman depan, dekat kolam.

Langsung Ria  lari membukakan pintu dan segera dibukanya tas kresek yang kubawa
“Waoo, asyik, …” dia tertawa dan membawanya dimeja gazebo itu, Made juga tertawa renyah.

Dan dimeja itu, aku lihat ada beberapa bungkus dan cup es cream, aku geleng-geleng kepala, Achsan tersenyum saja dan kemudian duduk dekat Made.

“Kamu nanti jadi ikut : “, tanyanya pada Made
“Iya dong, udah lama gak latihan, pengin pemanasan sebentar.” Jawab Made
“Mau kemana kalian ?” tanyaku
“Ikut latihan di-Karang Taruna deket situ. Achsan waktunya ngelatih karate , aku mau ikut latihan dikit nanti, biar badan radak segeran.” Jawab Made.

“Kalau gitu kita pamit dulu ya, mau tidur-tiduran, bisa ngaso bentar.”

Mengantarkan Made dan Achsan kepintu depan, kemudian aku dan Ria masuk kekamar.

“Kamu tadi udah makan ya ?” tanya Ria, aku menggeleng, buka baju dan ganti daster.

“Kamu tadi ngapain aja dirumah ?”

“Tadi Made pergi ketoko sport di mall situ, lihat-lihat alat kemah. Aku gak ikut, males. Aku mbantu mbak Murni masak bareng mbok Yah dan mak Suni.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline