Bisa menemukan belahan jiwa yang klop rasanya memang gampang2 susah. Bisa kapan saja, dimana saja tak terduga. Didalam kehidupan modern yang semakin kompleks, masalah ini menjadi suatu problem masyarakat yang hangat karena perubahan norma dan pola hidup. Seringkali hal ini membawa pula pengaruh pada perubahan sikap manusia yang kemudian dirasa, dipandang dan dilakukan sesuai dengan jamannya. Dalam dua dasa warsa terakhir ini saja, mencari jodoh lewat media , sudah merupakan hal yang biasa , lumrah dan umum dilakukan bagi orang2 yang membutuhkan. Untuk mencapai sesuatu, orang memang diharuskan berusaha, Apa salahnya dalam mencari pendamping hidup kita cari dibiro jodoh , jika dirasa belahan jiwa itu belum datang juga. Mungkin layaknya seperti jemput bola ( ups ) Pengalaman saya sebagai pengasuh ruang jodoh dimedia membuktikan bahwa mencari jodoh lewat koran atau majalah bukanlah merupakan hal yang jelek. Anggota Kontak Jodoh, rata2 lajang, berpendidikan cukup, sudah bekerja atau sedang merintis suatu usaha, umur sekitar 30 tahunan. Kebanyakan berasal dari keluarga yang masih memegang teguh adat tradisional. Ayah terlalu kolot dan ibu yang kelewat selektif. 60 % terdiri dari wanita, kebanyakan dari golongan Tionghoa. Menyimpulkan dari pengalaman saya selama ini, ternyata keadaan lambat jodoh umumnya bukan disebabkan pribadi dan phisik yang kurang menarik, namun kebanyakan disebabkan oleh fihak2 sekelilingnya atau kerabat dekatnya. Juga beberapa diantara mereka terlalu takut ( hati-hati ? ) menghadapi hari depannya, sehingga amat njlimet ( Jw : terperinci, semua dipikirkan ) dalam mempersiapkan diri, sehingga lupa mempersiapkan pasangan hidup, perkawinan, yang sebetulnya juga merupakan separuh porsi dari masa depannya , merupakann hal yang penting, amat berperan besar untuk kehidupan seseorang selanjutnya. Itu dijaman tahun 80-an sampai menjelang tahun 2000, keadaan masih jadul. Karena keterbatasan halaman, saya hanya bisa memuat 15 – 20 data anggota perminggu, padahal surat yang datang berkisar antara 30 – 50 buah perhari., bahkan pernah sehari itu saya terima surat sampai 131 buah. Prosedur yang saya tempuh sederhana saja, saya hanya mencantumkan data yang saya terima, dan meneruskan surat2 perkenalan yang masuk dengan sedikit saran dan cara2 untuk mempererat suatu perkenalan. Tidak jarang saya menerima surat dari para orangtua peserta, sampai datang kekantor, minta tolong untuk dicarikan jodoh bagi anaknya. Pernah karena banyak permintaan kami dan Lioness Srikandi mengadakan symposium tentang Perjodohan & Pasangan Hidup Masa Kini . Sekarang dijaman online, dimana computer sudah tersebar sampai pelosok, saya kadang masih bermimpi untuk membuka semacam biro jodoh yang saya pastikan peminatnya buanyaak sekali. Saya lihat memang sudah banyak kontak2 Jodoh yang tersebar, tapi masih lebih banyak lagi yang membutuhkan. Bagaimana jika Ereez Kompasiana membuka semacam ajang untuk mencari jodoh bagi peminatnya , sepertinya lebih aman dengan adanya verfikasi , kemudahan di computer pasti sering disalah gunakan oleh pribadi2 yang nakal atau iseng. Bagi yang lajang pasti bisa buat sarana untuk cari kenalan baru, bagi yang setengah baya bisa berbagi pengalamannya selama itu dan bagi yang sepuh, seperti saya, bisa juga untuk ajang mencari calon menantu. Pasti menyenangkan dan asyik, karena setidaknya kami semua sudah punya benang merah yaitu diarena Freez Kompasiana., bisa cepat nyambung. Bagaimana Freez, ayo sebaiknya dipertimbangkan. Saya juga mengharap komentar anda semua. Caprib ( Catatan Pribadi ) : Bahkan Lampu Alladinpun tidak akan mengeluarkan jin dengan sendirinya, Alladin harus menemukan dan menggosoknya terlebih dahulu ( Alex Osborn )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H