[caption id="attachment_345197" align="aligncenter" width="335" caption="Sumber Gambar: www.kaskus.co.id"][/caption]
Lanjutan Langkah dari *Menyongsong Petir * … apa yang terjadi setelah Puspita Puteri “ kembali “ dari petualangannya di Majapahit
Galih Jati Kusuma, sayatan sembilu yang pedih . terperangkap kemelut di negara Galuga, yang mentakjubkan, gemerlap tapi mencekam, ,… sebuah thriller, misteri, romantis yang menyentuh serta menyapa lembut setiap nurani, ….
Bagian Tujuh belas : Di uji oleh Nini Sedah
Ternyata Dares masih dirawat di dalam oleh Nini Sedah, aku menyalami Nini dan entah kenapa aku merasa Nini Sedah seperti punya perhatian khusus padaku
Malah kurasa sering mencuri pandang padaku, kami berbincang dan beberapa hidangan tersedia untuk kita santap siang bersama
Kemudian kita duduk di beranda rumahnya yang besar, nyaman dan adem
Setelah agak lama terdian, sambil memandang aku, Nini Sedah berkata
:”Putri, lebih baik aku berterus terang saja padamu tentang keadaan negara ini” beliau kemudian memandang bergantian antara pangeran Biru dan putri Kuning
:”Sebetulnya negara kita ini sedang dalam bahaya, mungkin putri pernah mendengar, dan kerajaan Kemayang itu amat kuat, tetapi kita tetap tidak mau menyerahkan Puteri Kuning kepada mereka”
Nini Sedah memandang aku kemudian memandang Kuning:” Karena bila itu terjadi, berarti seluruh kerajaan sudah menyerahkan diri” beliau memandang jauh keluar
“Meskipun itu dibungkus oleh lamaran dan pernikahan, tetapi semua cuma alasan karena Tirto Bawono itu sudah punya banyak isteri, mereka hanya ingin menjajah kita” sunyi dan aku melihat pada Kuning yang terus tunduk
:”Sebagai orang baru di sini, kami minta maaf, jika sampai terjadi peperangan kami tidak bisa melindungi dirimu” Nini Sedah memandang aku
:”Tidak apa2 Nini, saya akan berusaha melindungi diri saya sendiri” Aku menjawab dan tersenyum
:”Jagoan negara Kemayang itu banyak yang sakti dan jumawa, apa kamu pernah belajar main pedang atau yang lain ?” rupanya pangeran Biru sudah berceritera pada Nini tentang pertemuanku dengan Tunjung Hijau
:”Iya pernah sedikit” aku menjawab malu-malu, Nini Sedah berdiri
:”Aku ingin melihat sampai seberapa kemampuanmu, kita ketempat latihan dibelakang” kita berempat kebelakang, kesuatu tempat ruangan luas dan ada aneka senjata disitu
Sebuah pedang di lemparkan padaku, kutangkap dan aku lihat Nini Sedah sudah bersiap di depanku, umur beliau cukup sepuh, tapi melihat gerakannya aku tahu beliau pasti amat piawai dalam memainkan pedang
Kaget dengan serangannya yang secepat kilat, aku undur, tetapi terus di cecarnya, satu gerakan gesitnya membuat pedangku terlepas, melambung, aku cepat lari menangkapnya dan dentingan demi dentingan terus terjadi
Percik api tampak jika pedang kita beradu dengan hebat, tenaga Nini Sedah , masih cukup mengagumkan