Lihat ke Halaman Asli

Siti Swandari

Penulis lepas

Novel: Darah Biru yang Terluka (18)

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14121506821426593974

[caption id="attachment_345353" align="aligncenter" width="460" caption="Sumber Gambar: amandaeunike.wordpress.com"][/caption]

Lanjutan Langkah dari *Menyongsong Petir * … apa yang terjadi setelah Puspita Puteri “ kembali “ dari petualangannya di Majapahit
Galih Jati Kusuma, sayatan sembilu yang pedih . terperangkap kemelut di negara Galuga, yang mentakjubkan, gemerlap tapi mencekam, ,… sebuah thriller, misteri, romantis yang menyentuh serta menyapa lembut setiap nurani, ….

Bagian Delapan belas : Puteri Intan yang molek

Paginya kita berempat ketanah lapang samping rumah Ninii Sedah, tanahnya begitu luas dan di sekelilingnya rapat dengan pohon yang lumayan tinggi dan besar
Pangeran Biru sudah menenteng busur dan panahnya, ingin latihan memanah di situ, ternyata memang sudah tersedia lahannya
Hebat sekali gaya memanahnya, aku terkesan, tidak heran dia dijuluki jawara memanah dari Galuga

Aku juga mencoba, tetapi yang pasti tidak sehebat pangeran, di ajarinya aku beberapa cara yang tepat dan posisi paling baik untuk membidik juga tarikan dan bentangan busur amat berpengaruh, dan ketepatan perkiraan amat menentukan
Disini banyak sekali pohon buah-buahan, kaya warna juga disini, bahkan daun satu pohon bisa beraneka warna, buahnya juga bermacam warna, agak membingungkan tapi tampak cantik jika di pandang perpaduan warnanya

:”Bagaimana kita menentukan matang tidaknya suatu buah, kalau warnanya begitu beraneka ragam ?” tanyaku, pangeran Biru tersenyum
:”Kalau sudah biasa kamu akan mengerti Putri, mana yang matang dan mana yang belum”

Aku melihat sekeliling, terlihat ada pohon mangga, banyak buahnya , ada yang merah, biru, hijau, putih, kuning, ungu, seperti ada yang  kelihatan matang bergerombol, aku menunjuk pada pangeran Biru buah mangga itu, dia tertawa dan kemudian mengambil anak panah
Panah itu melesat dan buah mangga satu dompol besar itu jatuh, aku dan putri Kuning memungutinya, dipanahnya sekali lagi dan beberapa dompol berjatuhan, Nini Sedah akhirnya ikut juga memunguti buah yang berjatuhan

Kita juga mengambil buah2-an yang lain, ada juga rambutan, warnanya beraneka dengan rasa dan aroma yang macam2 juga, aneh sekali, pisang satu tandan juga beraneka warna tiap buahnya

Dan nikmat sekali di pagi itu sesudah santap pagi ada banyak buah-buahan dari kebun sendiri yang di petik oleh pangeran tampan dengan panahya.
Rasanya juga agak beda dengan buah2-an biasanya, karena jika diperhatikan warnanya macam-macam, tidak hanya hijau , kuning dan merah saja, lebih beraneka lagi dan rasanya juga bermacam-macam

Sewaktu kita menikmat buah-buahan itu di beranda depan, ada tamu datang, berkuda dan di iringi oleh enam orang pengawalnya
Ketika sudah dekat, dan turun ternyata seorag wanita muda, tampak sekali betapa moleknya puteri ini.
Kuperhatikan kulitnya merah muda dan aku diperkenalkan dengan putri yang amat cantik itu, putri Intan

Ini rupanya yang dikatakan oleh permaisuri sebagai tunangan pangeran Biru itu.
Aku katakan memang cantik luar biasa, perangainya juga santun dan lembut
:”Senang sekali bisa bertemu dengan Putri Puspita, anda cantik sekali, benar sekali yang dikatakan bunda permaisuri”katanya ramah memandang padaku
:”Putri Intan juga cantik sekali, senang juga kita bertemu disini” entah kenapa aku lihat pangeran Biru seolah merasa kikuk dan agak salah tingkah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline