Lihat ke Halaman Asli

Siti SukmaHapsari

Seorang Mahasiswa

Pendidikan Vokasi Indonesia

Diperbarui: 17 Juli 2021   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Indonesia, Sistem Pendidikan Indonesia dibagi menjadi 3. Salah satunya ialah Pendidikan Sekolah Vokasi, yakni pembelajaran yang menunjang keahlian terapan dalam bidang tertentu. Sistem pembelajaran sekolah vokasi akan berbeda dengan pembelajaran sebagai mahasiswa/i sarjana. Bila pembelajaran sarjana akan menitikberatkan dengan pengetahuan ilmu atau akademisi. Sedangkan, pembelajaran sekolah vokasi menitikberatkan praktek lapang yang disesuaikan dengan kebutuhan perindustrian.
 
Presiden Joko Widodo dalam beberapa pidato membicarakan tentang pendidikan sekolah vokasi, beliau mengatakan pentingnya sekolah vokasi untuk Indonesia. Sekolah vokasi sama pentingnya dengan infrastruktur. Karena, dunia sekarang sudah berubah, sekolah vokasi akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki skill terlatih dan siap kerja dalam dunia perindustrian. 

Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) tahun 2011, terdapat 82,1 juta tenaga kerja Indonesia diisi kelompok unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Kelompok unskill workers ini mayoritas adalah lulusan sekolah umum. Sedangkan kelompok di atasnya diisi skill workers (pekerja dengan skill atau kompetensi dibidangnya) sebesar 20,4 juta orang. Serta komposisi teratas merupakan pekerja expert (ahli) dengan 4,8 juta orang.
Melihat kondisi seperti ini Indonesia akan kalah bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat saat ini maupun di masa yang akan datang.
 
Berdasarkan data diatas, menjadi tanggung jawab besar untuk seluruh mahasiswa/i Indonesia khususnya mahasiswa/i sekolah vokasi. Karena, mahasiswa/i sekolah vokasi memiliki presentase praktik lebih besar dibanding pendidikan sarjana. Dan sekolah vokasi menghasilkan sumber daya manusia yang siap dalam ranah perindustrian. Sehingga, kesempatan mereka semakin besar dalam mengembangkan potensi dan skill praktik untuk membawa Indonesia lebih maju dan tidak kalah saing dengan negara lain.
 
Namun, tidak sedikit masyarakat masih menganggap sebelah mata mengenai Sekolah Vokasi. Presepsi masyarakat dengan Sekolah vokasi ialah pendidikan "tanggung" karena harus melanjutkan pendidikan kembali untuk mendapat gelar sarjana. Kemudian, kecil penghasilan, karena ketika seorang diploma masuk dalam ranah dunia kerja akan mendapat jabatan lebih rendah dibanding seorang sarjana. Padahal, secara kualitas, dapat dipastikan masa depan industri atau dunia pekerjaan berada di tangan anak-anak vokasi.  
 
Prioritas Kabinet Indonesia Maju dalam 5 tahun ke depan adalah mengembangkan SDM, baik infrastruktur, kelembagaan maupun cara kerja yang efisien. Itulah yang menjadi modal indonesia untuk bisa keluar dari middle income trap atau kendala negara dalam berpendapatan tingkat menengah. Kendala middle income trap membawa dampak buruk bagi negara seperti, krisis ekonomi dan kesehatan. Hal tersebut yang menjadi hantaman besar bagi negara untuk mengejar ketertinggalan dengan memperbaiki segala fundamental yang  terjadi, salah satunya dengan cara mempersiapkan strategi besar terutama dalam bidang pengembangan SDM.  
 
Oleh sebab itu, berbanggalah calon mahasiswa atau  mahasiswa sekolah vokasi. Karena, dengan beberapa tanggapan para petinggi negara mempercayakan Indonesia akan berada di puncak kesuksesan dengan usaha dan skill terbaik anak-anak vokasi. Tidak perlu merasa kecil hati ketika seseorang membandingkan vokasi dengan sarjana. Hasil akhir yang akan membuktikan bagaimana proses seseorang. Tidak ada yang lebih baik satu sama lain, keduanya memiliki poin sama-sama dibutuhkan oleh dunia pekerjaan. Hal terpenting ialah, tidak boleh menghakimi masa depan seseorang hanya karena "berbeda jalur". Setiap orang mempunyai cara dan jalan masing-masing dalam mencapai kesuksesan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline