Lihat ke Halaman Asli

Sitis Hasibuan

Technical Assisstan Health and Education

Memaknai Kembali Merdeka Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 24 Agustus 2020   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Kompas.com

Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah kita lakukan terhitung maret lalu. Siapa sangka satu semester kita lalui PJJ dengan ruwetnya beberapa permasalahan. Berharap tahun ajaran baru pembelajaran normal kembali, namun apa daya kita harus menyesuaikan diri dengan proses transisi belajar di sekolah dengan belajar dari rumah.

Orangtua tentu mengharapkan pembelajaran normal kembali. Sepertinya mereka sudah mulai angkat tangan dengan kerumitan yang dialami selama mendampingi anak belajar di rumah. Belum lagi kerewelan anak-anak yang menganggap gurunya lebih pandai daripada orangtuanya. Tidak mengeherankan jika siswa lebih mematuhi perintah guru daripada perintah orangtua.

Guru juga tentu mengiginkan pembelajaran seperti sedia kala, rindu riuh tawa siswa-siswi, jajanan kantor dan bercengkrama bersama teman-teman pengajar, dan yang paling penting kebosanan di rumah sudah teralihkan.

PJJ Tidak Sebatas Belajar Menggunakan Alat Digital dan Terkoneksi Dengan Internet Saja

PJJ yang dilakukan secara daring menuai banyak masalah mulai dari beberapa masyarakat yang tidak bisa memenuhi fasilitas untuk PJJ, kesulitan memahami materi pelajaran, sampai terkendala biaya untuk mengakses jaringan internet ataupun hanya terkendala dalam mengaksesnya.

Jangan dikira tahun 2020 ini masih ada yang tidak mengerti penggunanaan gawai atau laptop. Beberapa orangtua di sekolah tempat saya mengajar harus rela mengorbankan waktunya setiap hari ke sekolah mengkonfirmasi tugas untuk anaknya, dikarenakan gawai hanya satu dan itupun dibawa suaminya.

Beberapa keluh orangtua siswa dan menemui kami di kantor memohon beliau akan rela mengantar jemput kembali anaknya daripada harus mengambil alih peran guru di sekolah. Tidak hanya itu beliau juga mengeluhkan kendala menggunakan gawai. Beliau tidak mengerti menggunakan beberapa akses seperti zoom, google form, google Classroom.  

Nah itu baru beberapa permasalahan yang masih terhubung dengan jaringan internet, bagaimana dengan mereka yang di pedalaman ? sudah ada listrik saja sudah syukur. Aliran listrik belum 24 jam seperti yang kita nikmati kebanyakan. 

Masih ada beberapa wilayah negeri terbatas aliran listriknya, penggunaan masih bergilir. Ada satu daerah kampung halaman saya di daerah Kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat,  akses listrik hanya dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi.  Jika sudah begitu, jaringan internet yang mereka miliki tidak selancar seperti yang kita nikmati. 

Dalam hal ini ada masa transisi penyesuaian antara masyarakat dengan kebijakan yang pemerintah keluarkan terhadap proses pendidikan. Kebijakan yang diambil bisa diterima oleh semua kalangan. Sempat ada beberapa guyonan berseliweran "ya, menteri pendidikan kan udah kaya dari sononya, beliau mana tahu gimana rasanya kita yang di pelosok-pelosok ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline