Depresiasi rupiah merupakan penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap nilai mata uang Dollar Amerika Serikat.
2022 merupakan tahun yang diharapkannya terjadi pemulihan terhadap ekonomi, pariwisata, dan kegiatan sosial-pendidikan yang sempat terkendala oleh Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun terakhir. Namun, faktanya 2022 menjadi tahun kekhawatiran oleh seluruh lapisan masyarakat karena munculnya berbagai permasalahan dimulai dari munculnya perang antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada stabilitas perdagangan internasional dimana terjadinya kekurangan pasokan dari energy dan pangan yang berasal dari Rusia yang menjadi produsen minyak bumi dan gandum terbesar. Selain itu, terdapat kekurangan pangan dari Ukraina sebagai negara yang menjadi produsen terbesar di dunia. Konflik Rusia dan Ukraina yang berlangsung hingga saat ini memiliki potensi terganggunya kinerja perdagangan Indonesia dengan kedua negara yang berkonflik, dan menurunkan angka ekspor nonmigas Indonesia serta memperlambat aktivitas impor gandum dari Ukraina ke Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan di Indonesia. Dampak perang Rusia-Ukraina yang terus menerus membawa ancaman inflasi. Terjadinya pelemahan nilai rupiah hingga terjadinya peningkatan yang signifikan terhadap harga komoditas pangan perlu dikhawatirkan dengan adanya ramalan resesi ditahun 2023.
Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Terjadinya penurunan nilai tukar rupiah bukan disebabkan karena buruknya kinerja rupiah melainkan merupakan akibat dari perang Rusia dan Ukraina. Kondisi ini menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi di tempat yang aman. Hal ini memungkinkan terjadinya kenaikan harga emas. Sebenarnya, naik ataupun turunnya nilai rupiah tidak hanya terjadi ditahun ini saja.
Terdapat historis yang menjelaskan bahwa pada tahun 1991 nilai rupiah pernah berada di posisi Rp1.997, namun mengalami perubahan yang signifikan dimana tahun 1998 terjadi kenaikan rupiah senilai Rp. 16.650 yang menyebabkan terjadinya krisis moneter di tahun itu dan menjadi sejarah terpuruknya nilai rupiah yang terendah hingga saat ini.
Indonesia berupaya untuk kembali membangkitkan ekonomi setelah krisis dimana pada tahun 2010 Rp8.991, tahun 2012 Nilai rupiah menguat senilai Rp9.670. Namun, terjadi penurunan kembali pada April 2018 dengan nilai Rp14.841. Ditahun 2020 nilai rupiah mencapai Rp14.105. Hal ini disebabkan karena menguatnya nilai dollar hingga saat ini. Terjadi pelemahan rupiah senilai Rp15.250 pada 3 Oktober 2022. Sedangkan setiap bulan, Indonesia mengalami inflasi sebanyak 1,17% dengan angka tertinggi sejak bulan Desember 2014.
Faktor Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Penyebab turunnya nilai tukar rupiah tidak hanya ditentukan oleh faktor internal namun, juga disebabkan oleh faktor luar atau eksternal yaitu :
1. Konflik Rusia-Ukraina.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya konflik Rusia-Ukraina berpengaruh pada kondisi ekonomi Indonesia, dimana kerjasama perdagangan ekspor dan impor di kedua negara menjadi terhambat. Hal ini berakibat pada kurangnya cadangan pangan yang menyebabkan harga bahan impor naik. Sehingga terjadinya inflasi dan berakibat pada kenaikan barang yang signifikan.