Lihat ke Halaman Asli

Siti Sanisah Rasyid

Penulis jalanan

Pemerintahan yang Cerdas

Diperbarui: 8 Mei 2022   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mataram - Debat kusir, diskusi kelompok maupun seminar tentang sistem pemerintahan kita tidak sekali dua kali digelar. Tidak hanya menjadi jualan politik, tetapi juga menjadi menu menarik di ruang akademik. 

Bahkan menjadi sajian pelengkap pada obrolan ringan sembari minum kopi plus merokok di emperen warung pojok yang beratap bocor, tanpa dinding dan cukup bermodal seribu rupiah. Mereka yang mendesain agar isu ini menjadi pembahasan publik dengan santai menggiring masyarakat ke kotak simulacra yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Agar lebih mudah dan publik mengkonsumsi dengan suka rela, para desainer tentu juga sudah mengantisipasi segala kemungkinan, karena sudah disimulasikan sebelum dilempar ke publik. Simulasi dan simulacra memang dua hal yang tak dapat dipisahkan, saling melengkapi satu sama lain. 

Tidak salah jika Jean Baudrillrad (1985) mewanti-wanti masyarakat agar tetap kritis dan cerdas sehingga dapat mengantisipasi jebakan untuk tidak masuk dalam dua kotak tersebut terlebih jika sudah dihubungkan dengan media. 

Baudrillrad menyadari bahwa realitas yang tersaji pada media adalah realitas semu, kebenaran dimanipulasi sedemikian rupa agar masyarakat mengikuti dan mengkonsuminya dengan suka rela tanpa menyadari atau mengetahui realitas yang sesungguhnya.

Larisnya tema sistem pemerintahan dalam berbagai ruang diskusi dan perdebatan, memberitahukan kepada kita bahwa masalah ini memang diperhatikan dan dipertanyakan oleh banyak pihak. 

Mereka masing-masing dengan latar belakang, kepentingan dan tujuan menuntut dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya terhadap sistem pemerintahan yang sedang berjalan. 

Jiwa pembahas yang sudah mencapai titik kritis kepercayaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan bahkan menyampaikan dengan lugas bahwa ada yang salah dengan sistem pemerintahan kita. Sementara yang lain  menyampaikan dengan cara lebih soft melalui pertanyaan "Apakah ada yang salah dengan sistem pemerintahan?"

Sudah tentu bahwa pernyataan dan pertanyaan tersebut merupakan representasi kehendak bersama atas "bringing societies back into balance". Dengan koor ini, publik ingin menyampaikan bahwa mereka sudah jenuh dan tidak membutuhkan banyak tontonan drama dan dagelan yang dominan diisi dengan upaya "pemaksaan" ide dan ego personal. Tak juga menginginkan, apa lagi merasa perlu adanya ledakan populasi hingga tumpah ruah ke jalanan yang berpotensi memporakporandakan sistem.

Masyarakat hanya butuh sebuah sistem yang mampu mengendalikan kehidupan bersama, memberikan keamanan dan kenyamanan di dalam masyarakat. 

Sebuah sistem yang mampu mengurus dirinya sebagai sistem dan memposisikan masyarakat sebagai bagian yang terikat dengan sistem tersebut secara bijak. Bukan sistem yang justru semangat melakukan berbagai aktivitas yang berdampak destruktif bagi sistem itu sendiri, plus subsitem dan suprasistemnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline