Lihat ke Halaman Asli

Psikosomatis yang Diderita oleh Adikku

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hayati ridha namanya. Dia adalah salah satu adikku yang saat ini sedang menderita penyakit aneh. Ia sudah hampir 2 bulan tidak masuk sekolah. Sudah berbagai pengobatan diberikan mulai dari berobat ke rumah sakit hingga berobat ke seorang kiyai. Ia menjalani perawatan di rumah sakit selama 2 hari 3 malam. Diagnosa dari salah satu dokter bahwa ia terkena types dan pencernaan sedikit bermasalah dan kemudian dokter pun memberikan resep. Sedangkan diagnosa dari kiyai mengatakan bahwa ketika ia sedang makan ia tidak menawari makhlus halus/ makhluk ghaib yang sedang melihat ia makan, kiyai pu memberikan air minum yang sudah didoain.

Setelah beberapa hari ia meminum obat dari dokter atau pun meminum air yang dibeikan oleh kiyai, tidak menunjukkan perubahan, ia masih tetap sering mengeluh karena sakit perut. Gejala itu timbul setiap saat kecuali pada waktu ia tertidur. Kemudian ibu saya kembali berkonsultasi dengan dokter, dokter pun menyarankan agar ia dibawa ke seorang psikolog, dokter mengatakan bisa jadi penyebab penyakitnya adalah akibat dari ia stress.

Setelah mendengar saran dari dokter agar ia dibawa ke seorang psikolog. aku pun mulai mencoba menganalisa sendiri sebelum ia dibawa ke psikolog. jika dokter mengatakan bahwa ia stress, maka faktor yang menyebabkan ia stres yaitu :

1.Banyaknya hafalan, ia baru memasuki pondok pesantren pada tahun ini dan dari ceritanya bahwa banyak sekali hafalan yang diberikan oleh ustaz maupun ustazah. Ia pernah mengatakan “kalau aku sembuh nanti terus balik ke pondok lagi artinya banyak banget utang hafalanku”, dari ungkapannya tersebut dapat disimpulkan bahwa hafalan adalah beban bagi dirinya.

2.Tidak mempunyai teman, di pondok pesantrennya sebelum ia sakit sedang ada pertukaran anggota kamar. Jadi jika setiap kamar berjumlah 30 orang maka diacak kembali dan tidak akan sekamar lagi dengan teman-teman yang sudah dikenal. Akan ada adaptasi kembali dengan lingkungan kamar dan teman-teman yang baru. Ia bercerita bahwa tidak merasa cocok dengan teman kamar yang sekarang.

3.Makanan yang tidak enak, ketika makanan yang disediakn pondok tidak begitu enak, maka ia tidak mau memakannya. Akibatnya ia menjadi sakit magh, tidak hanya satu atau dua kali tapi ia seperti sudah ketergantungan dengan obat magh.

Nah itulah beberapa faktor penyebab ia stress. Setelah dilihat dari faktor penyebab stress dan gejala-gejala yang ditimbulkan. Dapat disimpulkan Ia menderita psikosomatis.

Psikosomatis berasal dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad) yang merujuk kepada keterkaitan antara adanya ketidakberesan dalam keseimbangan jiwa dengan kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh. Sudah kita kenal istilah mens sana in corpore sano, bukan? Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat. Ternyata juga berlaku sebaliknya, tubuh yang sehat dimiliki oleh jiwa yang juga sehat. Ini adalah masalah mind and body connection. (Hasto)

Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan. (Hasto)

Sumber dari Psikosomatis adalah Stress, stress menjadi kata kunci yang memicu masalah psikosomatik, karena si individu tidak bisa menahan beban mental yang dialaminya secara psikologis, berimbas kepada tubuhnya. Kekhawatiran yang sering muncul adalah gangguan produktivitas sehari-hari, ketegangan otot, jantung berdebar-debar, kegemukan yang tidak wajar. Dampak serius yang dapat ditimbulkan dari psikosomatis adalah infeksi hingga kemunculan kanker. (Mudjaddid & Shatri)

Perkembangan dunia kedokteran kini sudah banyak mempelajari cara penanganan pasien dengan berbagai keluhan psikosomatis. Prinsip tindakan sederhana yang dapat dilakukan adalah memberikan ruang bagi pasien untuk mengutarakan permasalahan yang dialami dan melatih pasien untuk berpikir secara rasional.  Penyesuaian kembali moral, etika, dan landasan spiritual telah diteliti berperan besar dalam pengobatan kasus-kasus psikosomatik.

Terapi yang paling dapat dipercaya saat ini terhadap masalah psikosomatis adalah terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behaviour Therapy - CBT). Penelitian berulang-ulang mengenai metode tersebut telah terbukti secara luas. Prinsip terapi itu didasarkan pada pengenalan pikiran “otomatis” (automatic thought) yang buruk yang muncul pada pikiran pasien serta mengubahnya menjadi positif. Maksud dari pikiran “otomatis” tersebut adalah apa yang segera dipikirkan oleh seseorang ketika dihadapkan pada suatu hal yang tidak menyenangkan padanya. (Bothwell, 2003)

Maka dari itu, betul kata dokter yang menyarankan ia harus dibawa ke seorang psikolog. Kemudian konsultasikan dengan psikolog harapannya dapat mengubah jalan pikiran serta menemukan hal-hal positif yang bermakna setelah ia menjalani terapi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline