Membaca bukan hanya tentang kebutuhan belajar di bangku kuliah ataupun sekolah, namun membaca adalah tentang sebuah proses dari ketidaktahuan menjadi paham. Membaca adalah proses melihat serangkaian simbol tertulis dan mendapatkan makna. Ketika kita membaca, kita menggunakan mata kita untuk menerima simbol tertulis (huruf, tanda baca, dan spasi) dan kita menggunakan otak untuk mengubahnya menjadi kata-kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
Semakin sering kita membaca, maka daya latih kita terhadap membaca akan semakin kuat, banyak ditemui bahwa ada beberapa orang yang ketika buku dibuka matanya mulai ngantuk, pikiran kemana-mana, dan tak jarang menutupnya kembali. Karena belum terlatih maka membaca seperti beban. Agar tidak menjadi beban, maka memasukkan aktivitas membaca sebagian aktivitas sehari-hari adalah solusi, sampai tahap diri merasa belum lengkap tanpa membaca.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membaca. Selain menambah wawasan membaca buku juga sebuah refleksi, kenapa demikian? Karena dengan membaca kita bisa lebih dewasa menyikapi kehidupan yang fana ini, banyak buku yang membahas tentang nilai-nilai kebaikan yang bisa dijadikan bahan renungan. Penulis ambil contoh buku karya Dewa Eka Prayoga yang berjudul Melawan Kemustahilan. Dalam buku tersebut salah satu nilai kebaikan yang bisa kita ambil adalah bahwa segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin, jika Tuhan berkehendak karena selayaknya manusia hanya dituntut berusaha.
Bukan hanya refleksi, membaca juga membantu pengembangan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan memori dan pemahaman. Membaca akan mengantarkan kita kepada gerbang kecerdasan intelektual yang akan menuntun pada banyak kebaikan. Membaca akan membawa pikiran dan imajinasi kita melintasi batas ruang dan waktu. Nah, keren bukan?
Dengan membaca, kita akan tahu bagaimana budaya belahan dunia lain, meskipun kita belum pernah keliling dunia. Kita akan tahu bagaimana sistem tata surya meskipun tidak pernah keluar angkasa, untuk mencapai kecerdasan intelektual seperti itu, perlu usaha yang lebih giat untuk banyak belajar dan cinta terhadap membaca.
Di era teknologi sekarang yang semakin canggih, eksistensi buku jauh dibawah eksistensi gawai. Orang akan lebih cepat tahu tentang berita selebriti apa yang terbaru sekarang ketimbang buku apa yang jadi best seller sekarang. Sebagian orang akan lebih tahan bermain gawai sejam, dua jam, atau bahkan semalaman sambil main game ketimbang membaca buku barang sepuluh atau lima belas menit.
Penulis Uly Siregar mengatakan, bila kamu bisa menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, pasti bisa juga membaca beberapa bab dari sebuah buku setiap hari. Tentukan target yang tak terlalu berat: membaca satu buku setiap bulan, misalnya. Siapa tahu kamu pada akhirnya bisa mencintai buku hingga sampai tahapan yang merasa bahwa perpustakaan adalah semacam surga yang hadir di bumi.
"Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta."
-Najwa Shihab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H