Lihat ke Halaman Asli

Siti Rofiah

Guru BK SMA

PTBK Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Kelompok

Diperbarui: 17 Agustus 2023   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang pesat dewasa ini memberikan tantangan tersendiri bagi guru dan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar. 

Setiap peserta didik senantiasa ditantang untuk terus meningkatkan kegiatan belajarnya melalui berbagai sumber dan media seperti internet, televisi, perangkat audiovisual , selain belajar langsung dari guru. Sedangkan guru senantiasa ditantang  untuk bisa mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik.  

Melalui peranannya sebagai pengajar guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam berbagai kesempatan,  guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik, sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan pada akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal.

Menurut pengamatan Konselor sekolah, proses belajar mengajar di SMA MTA Surakarta berjalan cukup bagus, karena didukung guru yang berdedikasi terhadap tugasnya, didukung sarana prasarana belajar yang sangat memadai seperti ruang kelas yang bersih, media dan sumber pembelajaran yang lengkap (ada buku, televisi, LKS, Internet, Laboratorium dan perangkat audio visual), juga adanya tambahan pelajaran (les) diluar jam pelajaran yang sudah dijadwalkan. 

Dengan kondisi ini mestinya siswa SMA MTA Surakarta bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, yang ditunjukan dengan adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa menunjukan hasil belajar yang optimal.

Namun kondisi nyata dilapangan tidaklah menunjukan kondisi ideal yang diharapkan, dari hasil pengamatan  ditemukan banyak  siswa SMA MTA Surakarta yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos les, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.

Menurut Abu Ahmadi (1990:98) gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi,minat,sikap dan kebiasaan belajar. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan di sekolah (Konselor Sekolah). Oleh karena itu Konselor sekolah  hendaknya bisa memberikan layanan yang tepat untuk mengatasi masalah peserta didik. 

Dalam kaitanya dengan masalah rendahnya motivasi belajar yang terjadi pada sejumlah siswa SMA MTA Surakarta, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan kelompok dapat memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan  reaksi timbal balik dalam menyelesaikan masalah, disamping itu melalui kegiatan kelompok masing-masing individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa, ketrampilan berkomunikasi, pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu dapat menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah.

Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang motivasi belajarnya rendah perlu pendekatan yang tepat, siswa SMA MTA Surakarta yang motivasi belajarnya rendah karena memiliki perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas/PR, ramai dikelas, membolos dan lain-lain, sehingga model pendekatan konseling yang digunakan haruslah yang bisa menghilangkan perilaku mal-adaptif tersebut yaitu model konseling behavioral karena tujuan konseling behavioral sebagaimana yang diungkapkan oleh Naharus (2008:25 ) adalah menghapus/menghilangkan tingkah laku mal-adaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline