Di tengah gemerlap modernitas dan globalisasi membuat sebuah alarm berbunyi hingga mengusik ketenangan jiwa bangsa. Moralitas remaja, generasi masa yang akan datang yang merupakan generasi penerus yang seharusnya menjadi sebuah tonggak di masa depan malah semakin kian terkikis oleh perkembangan zaman.
Dulu, semangat gotong royong begitu kental terasa. Namun kini, individualisme malah semakin merajalela. Layar ponsel yang menyala terang menggantikan hangatnya interaksi tatap muka. Perundungan dan kekerasan yang dulu dianggap tabu, kini menjadi pemandangan sehari-hari. Toleransi dan persatuan, nilai-nilai yang begitu penting dalam menjaga keutuhan bangsa, mulai luntur tergerus oleh paham radikalisme yang menebar kebencian.
Jika kita bayangkan seorang anak kecil yang dulu bercita-cita menjadi pemimpin bangsa, kini lebih tertarik pada dunia maya yang penuh fatamorgana. Nilai-nilai kejujuran dan keadilan yang diajarkan di rumah dan sekolah, perlahan memudar tergantikan oleh keinginan untuk meraih popularitas dengan cara instan. Kehidupan yang serba instan dan pragmatis membuat generasi muda lupa akan pentingnya proses dan perjuangan.
Lalu, apa yang terjadi? Mengapa moralitas remaja semakin terdegradasi? Tentunya ada banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut bisa terjadi, yaitu:
1. Pengaruh Media Sosial, algoritma media sosial yang dirancang untuk memaksimalkan waktu pengguna, seringkali menyajikan konten yang provokatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur. Paparan konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian secara terus-menerus dapat merusak moral remaja.
2. Kurangnya Pendidikan Karakter, sistem pendidikan yang terlalu berfokus pada aspek kognitif, seringkali mengabaikan pentingnya pendidikan karakter. Akibatnya, remaja kurang memiliki bekal moral yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin terombang-ambing arus globalisasi.
3. Contoh Buruk dari Lingkungan Sekitar, yang dimana perilaku orang dewasa yang tidak konsisten antara ucapan dan perbuatan menjadi contoh buruk bagi remaja. Korupsi, nepotisme, dan ketidakadilan yang terjadi di lingkungan sekitar dapat memicu sikap apatis dan pesimis pada generasi muda.
4. Globalisasi yang Tak Terkendali, arus globalisasi yang membawa pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dapat menggerus moral remaja. Apalagi, dampak nyatanya sudah terlihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani.
Jika dibiarkan saja seperti itu, kemungkinan kondisi ini akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja tanpa aba-aba yang jelas. Bangsa yang besar ini akan kehilangan jati dirinya, terpecah belah oleh perbedaan dan konflik yang telah terjadi, sehingga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu akan sirna begitu saja bahkan mungkin tidak lagi berjalan dengan nilai-nilai luhur tersebut.
Namun, di tengah kegelapan, masih ada secercah harapan. Untungnya masih ada anak muda yang sadar akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur bangsa, walau tidak semua mengerti pentingnya tetapi setidaknya ada yang paham akan hal itu. Dari mereka itulah yang berjuang untuk menciptakan lingkungan yang positif, menebarkan kebaikan, dan menginspirasi teman-temannya untuk terus berpegang teguh dengan nilai-nilai pancasila sebagai nilai leluhur bangsa kita.
Peran siapa saja yang dapat membantu generasi muda tersebut dapat terus berpegang teguh dengan nilai-nilai bangsa Indonesia?
1. Keluarga, orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, yaitu dimana keluarga ini lah yang menjadi dasar utama untuk pembentukan karakter anak sedari dini dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila. Sehingga mereka pun dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada akhirnya memberikan dampak yang menciptakan suasana rumah yang hangat dan kondusif untuk tumbuh kembang anak.
2. Sekolah, sekolah harus mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum dengan memperkuat moral peserta didik yang sudah mendapat dasar utama pembentukan karakter dari hal-hal kecil dalam keluarga, sehingga kemudian ketika memasuki lingkup sekolah mereka dapat menerapkannya dan bantu mereka memperkuat hal tersebut dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menyenangkan
3. Pemerintah, pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pendidikan karakter, membatasi akses terhadap konten negatif, dan memberikan ruang bagi generasi muda untuk berkontribusi dengan ikut sertakan generasi muda berperan aktif dalam membangunkan nilai-nilai luhur yang mulai terkikis.
4. Masyarakat, masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mengawasi perilaku remaja dengan menciptakan lingkungan yang positif, dan memberikan dukungan kepada generasi muda untuk terus semangat dalam membangun nilai-nilai luhur agar tetap asri.