Lihat ke Halaman Asli

Kita Terapkan Peribahasa di Rumah Aja Saat Pandemi

Diperbarui: 12 Juni 2021   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Polly Florence

Sampai saat ini wabah Covid masih menjalar d beberapa daerah di Indonesia. Semakin hari semakin meningkat dengan kasus yang berbeda-beda. Maka diadakannya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau kita kenal dengan (PSBB) yang akhirnya masyarakat diminta untuk di rumah saja. Hal ini dapat mengurangi kasus yang semakin meningkat.

Tanpa sadar saya sering sekali memakai sejumlah peribahasa yang patut dan akan sesuai jika kalian menggunakannya di rumah. Yang pertama saya menggunakan peribahasa “Bagaikan Burung dalam sangkar”. Tak heran jika masyarakat masih banyak yang belum bisa disiplin dan acuh tak acuh dengan wabah yang menimpa. Masyarakat tak mempedulikan resiko yang menimpa jika beraktivitas di luar saat kondisi bisa dibilang tidak mendesak.

Sebenarnya pemerintah memberlakukan kegiatan di rumah saja untuk membatasi kegiatan di luar rumah agar tidak berkontak langsung dengan masyarakat lainnya. Kita tidak mengetahui jika wabah sedang berkeliaran bukan. Kontak jarak dekat dengan menghindari kerumunan seperti ketika orang yang mengibaratkan “Burung dalam sangkar” sudah untuk bebas.

Saya mengingat peribahasa ini “Jauh Dimata Dekat di Hati”. Pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah yang mengharuskan orang untuk berdiam di rumah akan susah dalam berkomunikasi antara teman dan keluarga. Sekarang beralih dengan teknologi yang disediakan dengan bantuan kuota internet untuk pelajar.

Meskipun hal itu harus dilakukan, maka tidak akan menurunkan niat masyarakat untuk tetap bertegur sapa dengan kawan yang jauh dengan istilah “Jauh Dimata Dekat di Hati”. Kita dengan mudah memanfaatkan teknologi dari berbagai aplikasi yang mendukung seperti WA,IG,GMEET,ZOOM dan masih banyak lagi.

Ada peribahasa “Karena Nilai Setitik Rusak Susu Sebelanga”. Saat kondisi seperti sekarang  menjaga diri itu penting agar tidak tertular atau bahkan menularkan virus. Kondisi ini bisa menimbulkan dampak besar. Jika masyarakat tidak patuh dan taat dengan anjuran pemerintah, maka perjuangan yang dilakukan para tenaga kesehatan yang sudah banyak korban tidak akn berhasil jika dilakukan sendiri.

Terakhir adanya peribahasa “Berakit-rakit Ke Hulu Berenang renang Ke Tepian” artinya jika usaha yang dilakukan sesuai dengan protokol maka wabah ini akan berhenti. Dimana kita bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Maka usaha tidak akan mengkhianati hasil. Maka kita bisa menerapkan peribahasa tersebut di rumah agar tak lupa untuk belajar peribahasa dalam keadaan apapun dan dimanapun.

Siti Nuronniah PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline