Lihat ke Halaman Asli

SITI NURMAYANTI

Universitas Pendidikan Indonesia

Menelusuri Pesan Tersembunyi dalam Film Pendek Lain Cerita Karya Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI

Diperbarui: 23 November 2023   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://unsplash.com/@franciscomoreno

Film merupakan sebuah media yang mampu menggambarkan realitas sosial dalam masyarakat. Sebagai seni visual yang merepresentasikan kenyataan, tema dalam film tentu tidak lepas dari cerminan realitas sosial. Salah satu tema yang biasa diangkat dalam film adalah gender inequality atau ketidakadilan gender. Hal ini terdapat pula pada film pendek Lain Cerita yang mengangkat isu toxic masculinity dan pelecehan seksual. 

Menurut Effendy (1986: 134), film adalah media komunikasi yang bersifat audio-visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Dalam film sering terdapat tanda-tanda maupun simbol-simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Hal ini sejalan dengan pandangan Barthes yang menganggap bahwa signifikasi tidak hanya terbatas pada bahasa, tetapi juga pada hal-hal lain di luar bahasa. Barthes menyatakan kehidupan sosial, apapun bentuknya merupakan suatu sistem tanda tersendiri.

Dalam pandangan Barthes, mitos adalah sistem semiologis, yaitu sistem tanda-tanda yang dimaknai manusia. Mitos merupakan sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan. Mitos sendiri berkembang dalam sebuah masyarakat karena adanya pengaruh dari adat istiadat dan sosial masyarakat itu sendiri akan sesuatu, dengan cara memperhatikan korelasi dari yang terlihat secara nyata (denotasi) dengan tanda yang tersirat (konotasi). 

Film pendek Lain Cerita merupakan film garapan Pusat Penguatan Karakter Kemdikbud RI yang menceritakan seorang dosen yang mengalami pelecehan dari mahasiswa bimbingannya. Dalam film ini, penulis menemukan beberapa dialog dan adegan di mana mitos itu berlangsung, seperti sebagai berikut.

  •  “Mentang-mentang dapat yang cantik malah dibikin lama”

Dalam dialog ini, makna denotasi digambarkan sebagai sesuatu yang cantik atau indah pasti nyaman untuk dipandang lama. Selain itu, dialog ini juga memiliki makna konotasi yakni koleganya berasumsi bahwa pemeran utama ingin berlama-lama dengan mahasiswa hanya karena ia cantik, bukan karena skripsinya yang bermasalah. Dialog di atas juga bertendensi seakan ada yang lebih dalam hubungan mereka. Terdapat mitos yang hadir karena kedua makna tersebut, yaitu laki-laki akan tertarik dan ingin lebih lama jika bersama perempuan yang cantik.

  • Adegan kamera mengarah ke bawah dan bola pendulum dibenturkan.

Ayunan Newton merupakan sebuah alat representasi hukum fisika tentang momentum dan energi. Alat ini biasanya digunakan untuk menjelaskan hukum ketiga Newton mengenai aksi dan reaksi. Adegan ini berkonotasi dengan pemeran utama yang melakukan rapat bersama koleganya dan merasa tertekan, kemudian ia membenturkan bola pendulum. Hal ini sejalan dengan hukum ketiga Newton yang menyatakan bahwa setiap aksi menghasilkan reaksi. Selain itu, frekuensi getaran bola pendulum dinilai dapat meredakan stres dan cemas. Mitos yang digambarkan adalah pemeran utama merasa tertekan dengan situasi yang sedang dialaminya.

  • “Anda ini ‘kan laki-laki, masa bisa kena pelecehan dari perempuan?”

Makna denotasi dalam dialog ini ditampilkan sebagai tidak biasanya laki-laki menerima pelecehan seksual dari perempuan karena laki-laki memiliki stereotipe fisik yang lebih kuat dibanding perempuan. Meskipun begitu, sebenarnya laki-laki tetap memiliki peluang untuk mengalami pelecehan seksual meskipun peluangnya kecil. Stereotipe laki-laki memiliki fisik yang lebih kuat tidak berlaku jika pelecehan yang dialaminya adalah pelecehan seksual secara verbal. Berdasarkan makna denotasi dan konotasinya, mitos digambarkan sebagai laki-laki dapat mengalami pelecehan seksual tetapi seringkali disepelekan karena stereotipe laki-laki yang lebih kuat daripada perempuan, hal ini terjadi karena adanya toxic masculinity.

  • Adegan bola pendulum yang saling terbentur dihentikan.

Sama halnya dengan yang telah disebutkan di atas, ayunan Newton merupakan sebuah alat representasi hukum fisika tentang momentum dan energi. Alat ini biasanya digunakan untuk menjelaskan hukum ketiga Newton mengenai aksi dan reaksi. Makna konotasi dalam adegan ini yaitu setelah permasalahan pemeran utama selesai, ia menghentikan benturkan bola pendulum. Hal ini dapat diartikan bahwa reaksi dari aksi yang dihasilkan telah berakhir, begitu pula dengan stres dan kecemasan pemeran utama. Sehingga mitos yang hadir adalah pemeran utama kembali tenang karena masalahnya berakhir. 

Berdasarkan hasil analisis semiotika Roland Barthes di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeran utama merupakan seorang dosen yang mengalami hal tidak menyenangkan dari seorang mahasiswa tetapi koleganya tidak percaya karena pemeran utama tersebut seorang laki-laki. 

Mitos yang dikembangkan dalam film pendek ini adalah laki-laki juga bisa menjadi korban pelecehan seksual. Korban mendapatkan toxic masculinity dan apa yang korban alami diremehkan hanya karena ia seorang laki-laki. Padahal, berdasarkan Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender yang diluncurkan Indonesian Judicial Research Society (IJRS) pada tahun 2020 terdapat 33% laki-laki yang mengalami kekerasan seksual, khususnya dalam bentuk pelecehan seksual.

Referensi
Effendy, O.U. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni.

Faiz, F. (2016, December 29). Filsafat Semiotika: Memahami Mitos – Roland Barthes (2) [Video]. Youtube. https://youtu.be/rIKmhUZM6Cw?si=IEV4fLCD37JdyXO9

Indonesian Judicial Research Society. (2020). Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender. Jakarta: IJRS.

Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI. (2022, January 29). Lain Cerita [Video]. Youtube. https://youtu.be/RYLSEfZaXHw?si=D0e059OkjY4i79zH

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline