Lihat ke Halaman Asli

Siti Nur Haliza

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Manajemen Dakwah

Memaksimalkan Potensi Ilmu Pengetahuan dalam Diri Berdasarkan QS. Al-Isra Ayat 36

Diperbarui: 14 Mei 2023   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalamualaikum, halo teman-teman. Bismillahirrahmanirrahim saya di sini mau sharing sedikit perihal memaksimalkan ilmu pengetahuan berdasarkan QS. Al-Isra ayat 36. Semoga dapat bermanfaat. Aamiin.

Janganlah mengatakan mendengar padahal ia belum mendengarnya, jangan menyatakan melihat padahal ia belum melihatnya dan jangan pula menyatakan mengetahui sesuatu padahal ia sendiri belum mengetahuinya. Karena itulah Rasulullah Saw. "meminta umatnya untuk menjauhi sikap menduga-duga atau berprasangka karena hal itu termasuk perbuatan dosa".

Penjelasan di atas menggambarkan bahwa Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Dapat kita lihat sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra/17:36 yang artinya

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."

Berikut beberapa makna penting yang dapat kita lihat secara saksama

  • Kata "Ilm" dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Al Asfahani menyebutkan bahwa "al-'ilmu" adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu.
  • Kata "Al-Fu'ad" berasal dari akar kata f a d, yang bermakna gerak, atau menaruh dalam gerak. Al Fu'ad merupakan potensi hati yang berkaitan dengan inderawi, mengolah informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia. "Fu'ad" mempunyai tanggung jawab pikiran yang jujur kepada apa yang dilihatnya. Potensi ini cenderung dan selalu merujuk pada kejujuran dan jauh dari berbohong. 
  • Ayat ini berbeda dengan QS. An-Nahl, di sana kata yang menunjuk penglihatan berbentuk jamak "al-abshar", sedang di sini berbentuk tunggal, yakni "al-abshar/penglihatan" . Hal ini disebabkan karena penekanan pada surah An-Nahl pada aneka nikmat Allah, antara lain aneka penglihatan yang dapat diraih manusia akibat posisinya yang berbeda-beda, sedang ayat Al-Isra' ini dikemukakan dalam konteks tanggung jawab dan untuk itu setiap pandangan yang banyak dan berbeda-beda itu, masing-masing individu berdiri sendiri akan di tuntut pertanggung jawabannya.

Penjelasan Makna Lebih Lengkap QS. Al-Isra/17:36

Mengungkap sisi tuntunan ayat ini ialah mencegah dari segala keburukan, seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan dan kesaksian palsu. Di sisi lain ia memberi tuntunan untuk menggunakan pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat untuk meraih pengetahuan. (QS .An-Nahl/16:78)

Pintu-pintu atau media untuk sampainya ilmu adalah melalui al-sam'u (pendengaran), al-basharu (penglihatan), dan al-fu'adu (perenungan-pemikiran). Ketiganya harus diintegrasikan dengan baik untuk memaksimalkan pendidikan intelektual seseorang. Karena itu, perlu dipahami bahwa yang dilihat di sini adalah fungsinya, potensinya, bukan alatnya. Ada orang yang punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar. Punya hati tapi tidak merenungkan. (QS. Al-A'raf/7:179).

Al-Quran mengajarkan manusia agar bersikap kritis, dengan cara menggunakan pendengaran, penglihatan dan akal pikiran sebaik-baik mungkin. Karena itu, ajaran Islam melarang orang bertaqlid dalam agama, yaitu mengikuti saja tanpa mengetahui dalil atau sumber rujukannya. Sikap taqlid sama dengan meniadakan adanya potensi akal yang Allah berikan kepadanya. Ayat ini sangat relevan dalam konteks pembelajaran aktif (active learning) yang berusaha memaksimalkan potensi generik inderawi tersebut untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu.

Hikmah yang dapat kita petik dari ayat ini adalah mengajarkan kepada kita bahwa tidak boleh gegabah dalam berbicara, memutuskan, melangkah, sebelum memiliki pengetahuan yang kuat/benar. Karena pendengaran, penglihatan dan akal semuanya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

By Siti Nur Haliza

11220530000043

Dosen Pengampu

Dr. Hamidullah Mahmud, L.c. M.A.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline