Lihat ke Halaman Asli

Pelangi Jiwa :)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit Jingga, 05 Juni

"tunggulah disini... hingga waktu itu hadir kembali. Sampai mentari kembali terbit, ketika pelangi  menyunggingkan lagi wajah segarnya..."

Kata-kata itu masih segar dalam ingatanku. Bagaimana mungkin aku lupa? sedangkan aku-lah yang menantikan akan hadirnya kata-kata itu dari lisannya. Lama, aku menghayati rangkaian kata abu-abu itu. Menatap singkatnya waktu, menghidupkan lagi alur mundur sebuah cerita.

Hari ini aku punya janji dengannya. Mentari, kalau kau kembali hari ini, tentulah aku pun akan segera keluar dari naungan ini. Menyaksikan kehangatan yang hadir, juga pancaran pelangi yang ada usai rintik hujan. Ku tunggu pelangi, karena dia. Aku percaya janjinya, bahwa ia ‘kan kembali bersama pelangi.

Sepanjang hari ini, mendung merundung. Tampaknya hujan akan turun. Dugaanku benar, sedetik kemudian hujan mengepung tanpa ampun. Membasahi apapun yang ada didekatnya, termasuk sesosok manusia ditengah padang ilalang ini, yaitu aku. Biarlah hujan ini membasahiku, asalkan aku dapat melihat senyum bahagianya nanti.

Ah, sepi sekali. Hanya terdengar rintik-rintik berirama. Kuputuskan untuk menggubah kata…

Rasa yang menelisik panjang

Memaksa rindu untuk berpendar

Bergelung pada harapan gantung…

Aku disini sendiri

Bukan menyepi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline