Lihat ke Halaman Asli

Siti Nazarotin

TERVERIFIKASI

Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Awug-awug, Kudapan Tradisional dari Tepung Ketan

Diperbarui: 1 Desember 2021   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awug-awug, kue tradisional yang keberadaannya kini semakin langka | Foto: Siti Nazarotin

Membaca nama kudapan ini, bila diterjemahkan dalam bahasa keseharian di daerah saya ---bisa diartikan keadaan yang awut-awutan, tidak rapih, amburadul, tidak tertata.

Kudapan yang Enak, Murah dan Meriah

Kemungkinan penamaan kudapan ini memang tercipta dari cara pengolahannya. Di mana dalam membuat adonan, tidak menggunakan alat dan cara yang ribet. Cukup diaduk pelan dengan menggunakan tangan. 

Pun ketika mencetak adonan, hanya perlu memasukkan dalam cetakan plastik ataupun loyang dengan tanpa menekan-nekan agar padat. Iya, tidak perlu ditekan-tekan sedemikian rupa. Kasihan nanti adonannya kesakitan.

Saya katakan cukuplah simpel dan tak butuh waktu lama hingga menghasilkan kudapan yang enak. Bahannya pun tidak terlalu banyak. 

Bisa dibilang, kudapan ini adalah kudapan yang enak, murah dan meriah dan siapapun bisa dengan mudah mempraktikkannya.

Entah dari daerah mana kudapan ini berasal, namun saya pertama kali mencicipi kudapan ini di rumah teman saya ketika ada acara khatmil qur'an beberapa tahun yang lalu.

Kudapan ini Ternyata Ada di Beberapa Daerah di Indonesia

Penasaran, lalu sayapun browsing-browsing ternyata kudapan Awug-awug ini disebut juga dengan kue Sengkulun. 

Menurut wikipedia, Sengkulun atau sering juga disebut Sengkolon (Jepara), Kue Jando Berias (Palembang), atau Sangkolun (Bangka) adalah kue mirip kue keranjang dengan permukaan berbintil kasar, tekstur lunak, kenyal, dan lembut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline