"Hayuk Nyah, jadi nggak kita ke Kung Arif".
"Iya, nanti setelah Jum'atan".
Begitulah penggalan percakapan dengan teman saya, Nyah Nurul (panggilan akrab saya). Kami berdua berencana mau sowan ke rumah Kung Arif, begitulah kami memanggil beliau. Seorang teman yang telah purna tugas.
Ikuti kisahnya ya.
Malam sebelumya kami terlibat obrolan di WAG seprofesi, Kung Arif ternyata menjanjikan akan memberi Mentog kepada kami berdua, asalkan kami bersedia sowan ke rumahnya.
"Rindik asu digitik", "respon yang sangat cepat, lebih cepat dari pada anjing yang dipukul". pepatah jawa mengatakan demikian.
Kami berduapun berangkat sowan ke Kung Arif. Seperti biasanya kalau kami sowan, Kung Arif sangat welcome kepada kami. Juga kepada teman-teman yang lain.
Apa saja yang ada diberikan. Kung Arif pekarangannya luas. Bagian pekarangan itu dibangun kandang, dipeliharalah beberapa hewan ternak. Ada sapi, kambing, ayam, talkun dan mentog.
Nah, kotoran dari hewan ternaknya menjadi pupuk alami yang membuat tanaman apapun tumbuh subur di pekarangannya. Ada tomat, bayam, kenikir, pepaya, koro, pisang, nangka, empon-empon, dan sebagainya.
Selama mentog disembelih dan dibersihkan (dibawa ke tukang jasa penyembelihan), kami mbolang ke pekarangan dan memetik apa yang bisa dipetik.
Akhirnya kami berdua pulang dengan membawa mentog yang sudah siap dimasak. Tak ketinggalan pisang Ambon, tomat, pepaya, kenikir dan bayampun kami embat. Ini ngerampok atau apa? Nggak sekalian kebunnya dibawa. Hahaha
Ya, begitulah kebiasaan Kung Arif. Tak bisa lihat barang nganggur di rumah dan pekarangannya. Siapapun ditawari asalkan mau ambil ke rumah. Tentunya kamipun gerak cepat, kan. Wkwkwk.