Lihat ke Halaman Asli

Siti Mutia Mutmainah

Mahasiswa/Universitas Siliwangi

Bagaimana Kedaulatan NKRI Terjaga? Pengaruh Sosial Budaya Asing di Wilayah Perbatasan Batam

Diperbarui: 15 Maret 2024   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan masyarakat di wilayah perbatasan dihadapkan pada kondisi rentan. Kuatnya pengaruh suatu sistem sosial budaya yang masuk dalam bentuk aspek sosial budaya itu sendiri justru mengancam eksistensi ideologi dan sistem nilai pada masyarakat perbatasan tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan keutuhan pertahanan kedaulatan NKRI. 

Arus perubahan sosial yang dibawa oleh globalisasi seringkali menimbulkan kekhawatiran mengenai penilaian dan pengaruh sosial suatu bangsa. Hal ini juga berlaku salah satunya di wilayah perbatasan Batam yang merupakan tempat berkumpulnya berbagai kelompok masyarakat dari dalam dan luar negeri.

Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Batam, komunikasi lintas batas negara dengan Singapura telah membawa perspektif berbeda tentang budaya negara tetangga ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batam. Lalu, bagaimana cara untuk mengantisipasi pengaruh budaya asing agar masyarakat Batam sebagai daerah perbatasan memperkuat sistem sosial budaya asli mereka?

Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau adalah salah satu di antara daerah yang berada di kawasan perbatasan dengan negara tetangga. Dalam hal ini kota Batam berbatasan langsung dengan negara Singapura. Kedudukan kota Batam yang berada pada jalur perdagangan Internasional membawa dampak pada ekonomi masyarakat termasuk gaya hidup dan sistem nilai sosial budaya.

Masyarakat Kota Batam yang beragam terdiri dari berbagai etnis yang hidup dan menyatu dalam satu budaya modern. Proses ini disebut asimilasi budaya. Masyarakat asing di Pulau Batam menyesuaikan nilai-nilai sosialnya dengan nilai-nilai sosial yang dimiliki masyarakat Melayu di Kepulauan Riau, sehingga melahirkan budaya modern. Pencernaan sosial yang sedang berlangsung ini juga diikuti oleh proses akulturasi karena nilai-nilai kuat di Singapura.

Pola perilaku konsumeris generasi muda di wilayah Batam yang mencintai produk luar, khususnya yang berasal dari Singapura. Selain masalah merek, kualitas produk juga menjadi faktor yang membuat mereka lebih menyukai produk luar negeri dibandingkan produk lokal. Tentu saja hal ini menjadi persoalan tersendiri dalam membangun rasa kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki bangsa, khususnya dalam menciptakan sistem pertahanan sosial budaya tersebut.

Terlepas dari itu, sudut pandang lain adalah bahwa hampir tiga puluh persen penduduk Batam adalah warga keturunan Tionghoa yang kurang lebih memiliki nilai-nilai sosial yang sama dengan individu-individu di Singapura yang memiliki etnis Tionghoa. Ikatan sosial di antara mereka sebagai landasan untuk membangun kesamaan karakter menjadi pudar. Keadaan ini semakin diperburuk apabila budaya keluarga, klan atau suku menjadi dominan dalam interaksi di antara mereka. Hal ini terlihat dari menguatnya masing-masing etnis di wilayah tersebut. Sehingga masyarakat Kota Batam menjadi lebih tanggap dan mudah menerima terhadap masuknya budaya dari Singapura karena sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya klaim mereka.

Oleh karenanya, untuk menangkal ancaman ini, maka pemerintah perlu mengembangkan sistem pertahanan sosial yang sebenarnya sudah hidup dan berkembang dalam masyarakat. Upaya mengembangkan sistem pertahanan sosial ini dapat dilakukan dengan memperkuat identitas bersama berdasarkan pada nilai sosial budaya masyarakatnya. Artinya, sistem sosial budaya ini dapat menjadi ikatan bersama sebagai bagian dari modal sosial yang memang dikenal sebagai cara masyarakat lokal dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, kedaulatan NKRI tetap utuh dan pertahanan sosial pun turut terjaga.

Oleh karena itu, untuk menangkal ancaman tersebut, pemerintah perlu berupaya untuk mengembangkan sistem pertahanan sosial budaya yang benar-benar aktif dan berkembang di masyarakat. Upaya mewujudkan kerangka pertahanan sosial budaya tersebut dapat dilakukan dengan membentengi karakter bersama berdasarkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu sendiri. Artinya, kerangka sosial budaya ini dapat menjadi sebuah ikatan bersama sebagai bagian dari modal sosial yang menjadi cara bagi masyarakat sekitar untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Dengan begitu, kekuasaan NKRI tetap kedaulatan dan sistem pertahanan sosial budaya pun tetap terjaga dari pengaruh asing atau globalisasi.

Referensi

Asrinaldi, A., & Yoserizal, Y. (2013). Ancaman terhadap Pengembangan Sistem Pertahanan Sosial Daerah Perbatasan Di Kota Batam. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 29(1), 1-10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline