Lihat ke Halaman Asli

Siti Mugi Rahayu

Saya seorang guru yang tertarik pada pendidikan yang humanis.

Jakarta, Segalanya Ada di Sini

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta memang kejam. Demikianlah yang saya rasakan ketika harus berjuang menyelesaikan kuliah. Bagaimana tidak, perkenalan dengan Jakarta diawali dengan nyasar keliling kampus. Tidak ada yang bisa ditanya karena semua yang saya temui di kampus baru ini adalah orang-orang luar kota yang juga sedang nyasar. Aduh gusti... kemana orang Jakartanya ya?

Empat tahun di Jakarta memang meninggalkan kesan mendalam buat saya. Bertahan di Jakarta telah membelajarkan kita akan pluralisme. Bahwa Jakarta adalah muaranya perbedaan. Sebuah cerita ketika dengan santainya saya masuk ke dalam sebuah warteg, namun ternyata rumah makan ini adalah tempat makan saudara-saudara kita yang mengandung B2. Waduuh... luar biasa ya. Untungnya saya diingatkan oleh seorang pengunjung yang kaget ketika menemukan saya nyasar ke sana. Maklumlah, saya kan berjilbab.

"Mbak, benar mau makan di sini?",

Loh, saya jadi bingung. Jelas mau makan dong, kok diragukan begitu ya? Apa saya tidak ada tampang bisa bayar nasi warteg ?

"Ini khusus makanan B2 mbak...", Oooh... kaget saya. Ada juga ya di Jakarta ?

"Di Jakarta apa sih yang ga ada, Mbak?"... Hehe.. saya jadi nyengir sendiri dan segera berlalu.

Ketika naik metromini, ceritanya lain lagi. Sopirnya ngebut salib kanan salib kiri. Di suatu persimpangan tiba-tiba kondekturnya meminta kami turun. Loh? Kenapa harus turun, Bang? Kan masih jauh?

Dengan logat batak yang kental dia bilang mau balik lagi ke arah Pulo Gadung. Waduh, ini kan baru sampai Pulomas... perjalanan masih jauh.

"Kalo gitu, kembalikan ongkosnya ya Bang", pinta saya agak memelas. Maklumlah mahasiswa dengan bekal terbatas. Tetapi si kondektur malah marah-marah sambil memukul pintu metromini.

"Kurang ajar ya.. kamu bilang apa tadi ?", saya jadi bingung. Bilang apa ya ? Saya kan cuma minta uang ongkos dikembalikan. Emang ga boleh ya, soalnya baru naik harus turun lagi... Saya jadi gemetar. Kenapa nih kondektur.

"Tadi kamu bilang asu sama saya!!," kondektur ini berteriak lagi. Maksudnya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline