Pandemi Covid-19 merupakan salah satu peristiwa global yang paling terasa dampaknya di abad ke-21 dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019. Virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan memaksa pemerintah di berbagai negara untuk menerapkan pembatasan sosial secara ketat. Salah satu dampak langsung dari pandemi ini adalah perubahan cara masyarakat berinteraksi, di mana penggunaan teknologi dan media digital semakin mendominasi sebagai alat komunikasi dan interaksi harian.
Pada dunia pendidikan, pandemi memaksa sekolah-sekolah di seluruh dunia untuk beralih ke metode pembelajaran jarak jauh. Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan School From Home (SFH) yang mengharuskan pelajar dan tim pengajar melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring. Kebijakan ini mengubah cara interaksi dari dalam ruang kelas tatap muka, yang beralih sepenuhnya ke platform digital seperti Zoom dan Google Classroom. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada pola belajar pelajar, tetapi juga memengaruhi perilaku mereka dalam mengkonsumsi konten digital serta kebiasaan berperilaku online.
Pandemi Covid-19 telah secara signifikan mengubah perilaku online pelajar. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga arus Survey Indonesia (ASI) terkait penggunaan platform online selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), menyebutkan bahwa Classroom dan Zoom menjadi platform online yang memiliki presentase penggunaan tertinggi. Pelajar mengandalkan platform ini untuk menjalankan kegiatan pembelajaran, memanfaatkan media digital untuk terus terhubung dengan guru dan teman-teman meskipun harus melakukannya dari rumah.
Namun, perubahan ini tidak hanya mencakup aspek positif dari pembelajaran digital, tetapi juga menimbulkan berbagai tantangan, terutama dalam perilaku pelajar terkait konsumsi konten digital dan kebiasaan online mereka. Tantangan ini jika tidak dihadapi dengan baik akan menjadi dampak yang serius pada waktu saat ini.
Pembatasan sosial yang diterapkan selama pandemi mengakibatkan banyak pelajar lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar, seperti pergi ke sekolah, berinteraksi dengan teman, dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, mulai beralih ke aktivitas daring. Pelajar mulai bergantung pada aplikasi seperti Zoom dan Google Classroom untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan tetap berkomunikasi dengan guru. Media digital memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan dunia luar tanpa harus meninggalkan rumah, memberikan akses mudah ke informasi dan sumber belajar yang berlimpah.
Namun, dengan kemudahan tersebut, muncul juga beberapa permasalahan. Ketergantungan yang semakin tinggi pada internet dan perangkat digital menciptakan pola perilaku yang cenderung instan. Banyak pelajar yang mengandalkan pencarian cepat di internet untuk menyelesaikan tugas, tanpa benar-benar memahami materi yang mereka pelajari. Contohnya, ketika menghadapi soal atau tugas yang sulit, pelajar sering kali langsung mencari jawaban di internet daripada berusaha memahami konsep dasarnya terlebih dahulu. Kemudahan akses ini, meskipun bermanfaat juga membuat mereka terjebak dalam pola belajar yang kurang mendalam.
Tidak hanya itu, proses belajar mengajar juga mengalami beberapa kendala. Dalam pembelajaran jarak jauh, pengawasan dari tim pengajar menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan pelajar sering kali sedikit demi sedikit kehilangan kedisiplinan mereka. Beberapa pelajar mematikan kamera selama sesi Zoom, berpakaian seadanya, atau bahkan tidak mengikuti kelas secara penuh. Kurangnya interaksi tatap muka dan pengawasan langsung dari tim pengajar membuat sikap malas dan ketidakteraturan yang semakin berkembang. Selain itu, beban tugas yang diberikan secara daring sering kali terasa lebih banyak, menyebabkan beberapa pelajar merasa kewalahan dan memilih untuk menunda atau bahkan melewatkan tugas yang seharusnya dikerjakan.
Selain dampak negatif pada sikap disiplin dan pemahaman materi, pandemi juga mengubah cara pelajar dalam mengkonsumsi konten digital di luar pembelajaran. Banyak pelajar yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, platform streaming video, dan bermain game daring untuk mengisi waktu luang mereka. Konsumsi konten hiburan juga mengalami peningkatan selama pandemi. Menciptakan ketergantungan baru terhadap teknologi dan internet, tidak hanya untuk belajar, tetapi juga untuk relaksasi dan hiburan.
Dampak dari perubahan ini masih terasa hingga saat ini, bahkan setelah pandemi mulai menghilang. Salah satu dampak terbesar adalah ketergantungan pelajar pada pencarian instan di internet. Kebiasaan mencari informasi dengan cepat melalui internet telah mengurangi minat mereka dalam membaca buku dan memahami konsep materi secara mendalam. Pelajar lebih cenderung mengandalkan sumber-sumber instan tanpa menelusuri informasi dari referensi yang lebih mendalam atau terpercaya. Hal ini berdampak pada kualitas pemahaman mereka, di mana proses belajar menjadi tidak mendalam.
Selain itu, kebiasaan belajar daring yang berfokus pada perangkat digital juga berdampak pada interaksi sosial mereka di dunia nyata. Banyak pelajar yang lebih sulit berinteraksi dengan orang lain secara langsung karena terbiasa dengan komunikasi virtual selama pandemi. Pengalaman berinteraksi secara tatap muka menjadi lebih terbatas, yang akhirnya mempengaruhi kemampuan mereka dalam beradaptasi dan berkomunikasi di lingkungan sosial di luar dunia digital.
Pada akhirnya, pandemi memicu perubahan signifikan dalam pola perilaku online pelajar. Meskipun teknologi digital menawarkan banyak keuntungan, seperti kemudahan akses informasi dan fleksibilitas dalam belajar, ketergantungan yang berlebihan juga membawa dampak negatif. Pelajar menjadi terbiasa mencari solusi instan tanpa berusaha memahami materi secara mendalam, dan perilaku ini dapat berdampak pada kualitas pendidikan jangka panjang.