Lihat ke Halaman Asli

Histori Munculnya Syi'ah

Diperbarui: 3 Oktober 2018   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Syiah secara bahasa berarti "pengikut", "pendukung", "partai", atau "kelompok",sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaan merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Atau disebut sebagai ahl al-bait. 

Poin penting dalam doktrin syiah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait. Pengertian bahasa dan terminologis di atas boleh dikatakan hanya merupakan dasar yang  membedakan syi'ah dengan kelompok islam yang lain. 

Wajar jika dari pengertian di atas belum diperoleh penjelasannya yang memadai mengenai syi'ah berikut doktrin -- doktrin. Meskipun demikian, pengertian di atas merupakan titik tolak penting bagi mazhab syi'ah dalam mengembangkan  dan membangun doktrin -- doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut'ah, dan sebagainya.

Mengenai masalah munculnya syi'ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, syi'ah mulai muncul ke permukaan sejarah pada masa akhir pemerintahan Utsman bin affan. Selanjutnya, aliran ini tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan 'Ali bin Abi Thalib.

Mongamary Watt menyatakan bahwa Syi'ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu'awiyah yang dikenal dengan perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respons atas penerimaan 'Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu'awiyah , pasukan Ali diceritakan  terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap 'Ali --disebut syi'ah- dan kelompok lain menolak sikap 'Ali disebut khawarij.

Secara historis, akar aliran syi'ah terbentuk segara setelah kematian nabi Muhammad, yakni ketika Abu bakar terpilih sebagai khalifah pertama pada pertemuan tsaqifah  yang diselenggarakan di Dar al-Nadwa, di Madinah. Pemilihan tersebut dilaksanakan secara tergesa-gesa sebagai wujud persaingan antara kelompok anshar dan Muhajirin yang sempat mengancam perpecahan islam.

Dalam pertemuan itu Ali tidak hadirkarena sibuk mengurus jenazah Nabi. Pada waktu itu usia Ali 30 tahun, di mana bangsa Arab menjadikan usia sebagai syarat penting kecakapan dalam kepemimpinan, meskipun secara historis terdapat sejumlah pengecualian akan hal  tesebut. Tetapi pengikut Ali, pada saat itu, merasa bahwa klaim mereka telah direbut secara tidak adil.

Selanjutnya Umar ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai penggantinya, menjadi khalifah yg ke dua yang kemudian dilanjutkan oleh Usman. Setelah Usman terbunuh oleh pemberontak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai ganti depotisme keluarga Umayah, Ali kemudian diangkat menjadi khalifah ke-Empat pada tahun 35H/656M.

Perjalanan  sejarah menunjukan bahwa peristiwa pembunuhan khalifah ke-3 Usman bin Affan, telah melahirkan retetan sejarah yang sangat panjang dan membawa dampak pada khalifah setelahnya, Ali bin Abi Thalib. Di antaranya adalah penolakan Muawiyah, gubernur DamAskus atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan alas an bahwa Ali tidak melakukan pengusutan terhadap pembunuhan Usman. Ketegangan antara Ali dan Muawiyah ini berbuntut dengan terjadinya perang Siffin yang berakhir dengan peristiwa arbitrase (tahkim), yang dianggap sebagai titik temu penyelesaian persengketaan yang terjadi antara khalifah (Ali bin Abi Thalib) dengan Muawiya.

Namun peristiwa itu justru melahirkan berbagai reaksi dan aksi, seiring dengan tidak bisanya menyatukan pemikiran dan pendapat dari masing -- masing kelompok. Pada akhirnya membuat umat menjadi bagian -- bagian sejarah mencatat, bermula  dari perpecahan politik ini, pada kelanjutannya melahirkan aliran -- aliran teologi dalam islam.

Aliran yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah hawarij yang muncul sebagai pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri sebagai bentuk protes terhadap keputusan Ali dan pada saat yang bersamaan juga muncul satu golongan yang tetap setia mendukung Ali Bin Abi Thalib, yang pada berikutnya terkenal dengan nama Syi'ah, yang dalam perkembangannya hadir sebagai sebuah aliran yang memiliki konsep dan ajaran itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline