Lihat ke Halaman Asli

Musik Rasa Industri

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13361724041986175186

Sekian bulan terakhir ini kalau menonton acara-acara musik yang bertebaran di stasiun televisi, pasti kita akan selalu menyaksikan penampilan boyband dan girlband yang dengan lincah meliuk-liuk dan energik menari-nari ditambah busana yang eye-catching. Saya masih ingat awal booming-nya boyband zaman sekarang  ini adalah dengan kemunculan Sm*sh, lalu disusul dengan 7 Icon sebagai girlband pertama (yang saya saksikan). Sekitar 2 minggu yang lalu, saya iseng menyetel TV di hari Sabtu. Kalau tidak salah waktu itu jam 8 atau 9 pagi, prime-time nya acara musik televisi. Lihat satu channel, ada satu boyband yang cukup asing (bagi saya). Pindah ke channel lain, eh, ada girlband yang cukup familiar. Putar channel sebelah, eh... ternyata ada sekelompok anak-anak (ngga tau pantas disebut boyband atau kidband) melompat-lompat di atas panggung, dengan lirik yang saya lupa-lupa ingat: "nomor mu berapa, twitter mu apa, facebook mu apa, retweet aku yaa, bla.. bla.." Waduuh.. Saya terkikik geli (sekaligus prihatin) melihatnya. Semua stasiun TV tampaknya berlomba-lomba untuk menampilkan musik rasa baru, rasa industri. Tidak peduli liriknya apa, makna lagunya apa, kualitas suara penyanyinya bagaimana, yang penting tampil dengan dandanan menarik, wardrobe (sponsor) yang unik, dan tidak ketinggalan koreografi yang dinamis. Satu yang saya cari (dan tidak saya dapatkan di Sabtu pagi itu), yaitu feel dari musik itu sendiri. Kok rasanya kering, tapi geli sendiri saat melihat kidband itu melompat-lompat sambil "twitter mu apa.. bla. bla.." (he he he). Saya jadi rindu pada lagu-lagu era dasawarsa lalu, yang sarat makna dan feel-nya begitu mengena. Bahkan hingga sekarang kalau saya putar lagu-lagu itu, suasana hati jadi ikut larut dalam emosi lagunya. Atau sebaliknya saat sedang merasa bahagia, sedih, atau rindu pada seseorang (*curcol.com), kemudian memutar lagu tersebut, jadinya malah semakin dramatis (seakan jadi model video klipnya). Saat bahagia jadi semakin bahagia, sedih jadi semakin jadi down, dan rindu malah jadi jadi mewek (serius lho). Saya jadi kangen melihat duet Anang-KD yang lagunya, Makin Aku Cinta, sering saya putar (masih mungkin ngga ya mereka tampil 1 panggung lagi). Begitu juga dengan lagu-lagu Chrisye, Reza Artamevia, Dewa 19 (yang sekarang sudah bubar jalan), Sheila on 7, Letto, dan tentu saja, Peter Pan (atau Ariel-nya, hehehe).

Tapi balik lagi, musik itu masalah selera. Ngga ada  benar atau salah nya kalau kita memang menggemari musik ++ a la boyband, dan yang pasti industri musik hari ini selalu siap untuk melayani. Salam Weekend :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline