Wajah ini mulai pucat, tubuhku sudah tak mampu menopang dengan kokoh. Berdiripun tak bisa, rasa sakit tak karuan mengaduk-aduk perutku. Kambuh, ya begitulah aku setiap mengalami menstruasi, sakitnya terasa seakan ajal diujung tanduk. Endometriosis itu sudah bertahun-tahun menjadi benalu tubuhku, hingga dokter mendiagnosaku tak akan mempunyai keturunan.
"Mama tau obatnya, obatnya ada di mama"
"Apa ma?"
"Permintaan maaf mu ke mama, selama ini kamu banyak salah ke mama"
Jawaban yang sangat tak kubutuhkan, mataku menatap kosong wajah mama. Aku sakit lo, disini aku sakit, bertahun-tahun membiayai diriku berjuang menuju kesembuhanku dan aku jauh-jauh ke mama, hanya menginginkan sedikit perhatian sebentar, namun ya begitulah.
"Kalo mama mau saling menyalahkan, mama mana yang tega ninggalin anaknya demi laki-laki lain, mama mana yang tega ketika udah tau anaknya berjuang melawan sakit tetap mempertanyakan perihal uang?"
Mamaku terdiam.
Inilah hidupku, hidup sendirian tanpa perhatian. Dari lahir yang tak diinginkan, dibesarkan untuk ditukar dengan uang, dibuang dicaci dimaki. Mamaku membangun keluarga barunya, begitu juga dengan papaku. Ketika hati merindu dan bertemu dengan mereka. Itulah buah tangan yang ku dapatkan, luka batin yang makin menganga ataupun tubuh yang membiru.
Berkali-kali menjalin kasih namun berkali-kali pengkhianatan yang kuterima. Mencoba bersikap baik pada orang yang kupercaya, yang ku dapat iblis bertopeng malaikat. Fitnah kesana kemari mengatakan aku perempuan ga benar. Kalimat mulut tetangga yang pedas layaknya pisau tumpul. Ya, mereka tak tau cerita lengkap tentang hidupku. Dan aku rasa memang tak perlu tau.
Membuang tenaga ketika menjelaskan pada orang yang tak punya hati, dan mayoritas orang itu perempuan. Jenis kelamin mereka sepertiku, kukira hati mereka akan bisa memeluk lukaku, nyatanya tidak. Jika laki-laki yang bersikap seperti itu padaku, aku memahaminya. Karena mereka tidak sejenis denganku, logika mereka lebih didahulukan. Namun jika perempuan, apa mereka benar-benar manusia??
Ada perempuan yang lahir dengan keberuntungan. Hidup yang serba berkecukupan, keluarga lengkap, disayang orang tuanya, dibahagiakan oleh pasangannya.
Tapi ada juga perempuan hebat, yang lahir dengan kekuatan yang luar biasa. Terbiasa mandiri dengan segala hal, tidak ada yang membahagiakannya kecuali dirinya sendiri. Ya, dia begitu kuat berdiri di kakinya sendiri. Tidak peduli seberapa patahnya ia menghadapi dunia, sampai hari ini dia bisa melewati semuanya sendirian. Dia benar-benar perempuan hebat.
Bersyukurlah kamu perempuan yang masih disayang keluarga dan pasanganmu, bersyukurlah kamu perempuan yang masih diperhatikan mama papamu, bersyukurlah kamu perempuan yang ketika pulang larut malam, mama papamu sibuk meneleponmu.
Sungguh aku iri padamu.
Dengan tulus hati aku hanya minta tolong padamu, tolong jangan menghakimiku semudah itu, sungguh aku berjuang mati-matian hidup. Siapa juga yang ingin hidup seperti ini, aku tak menginginkannya. Namun Tuhan ku berkata ini cerita hidupku. Lalu aku bisa apa jika bukan bertahan?
Tolong ya, sungguh aku minta tolong pada mu perempuan, peluk aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H