"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan jalan untuknya menuju surga" -HR. Muslim-
Kamis kemarin bertepatan dengan tanggal 22 Oktober 2020 menjadi hari yang membahagiakan bagi para santriwan-santriwati. Pada hari tersebut merupakan perayaan Hari Santri Nasional. Santri seluruh Indonesia ramai-ramai merayakannya. Dari santri baru hingga santri yang sudah berumur puluhan tahun.
Jika membahas tentang santri, teringat kisah hidup sepupuku saat mengabdikan diri untuk menimba ilmu. Sebut saja namanya Mardhiyah Kamilah (nama samaran).
Jarak umur kami sekitar 3 tahun. Semasa hidupnya, Kamilah memiliki sifat yang rendah hati dan selalu berusaha tak ingin merepotkan orangtuanya. Ketika lulus Madrasah Ibtidaiyah, Kamilah memutuskan untuk melanjutkan perjuangan menimba ilmunya di salah satu pesantren daerah Malang Kabupaten.
Kamilah merupakan sosok yang sempurna dan selalu memberikan kejutan tak terduga pada orangtuanya. Setiap kali budheku menghadiri acara pertemuan walisantri, selalu saja budhe ku tiba-tiba dipanggil ustadzah untuk menerima penghargaan yang telah diperoleh Kamilah. Sungguh kejutan manis yang selalu membuat trenyuh budhe ku.
Penghargaan Juara 1 Wisuda Ummi, Qiroati Terbaik, Juara 1 Tartil Kota Madya dan masih banyak lagi berhasil Kamilah raih. Bahkan Kamilah juga hafal hadrah basaudan dan 313 ahli badar. Padahal menurut budhe ku nama-nama pada 313 ahli badar cukup sulit dan susah jika ingin dihafalkan. Namun menurut Kamilah,
"Sering dibaca saja"
Jawaban sederhana yang cukup menggambarkan kegigihannya dalam menimba ilmu. Cukup membuat heran budheku, karena budhe ku sendiri tak pernah melihat Kamilah belajar. Tapi yang jelas hasil belajar yang dilakukan Kamilah cukup membuktikan.
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Pepatah yang cukup sesuai dengan perjuangan Kamilah menuntut ilmu selama 17 tahun. Dan di umur tersebut Allah seakan mengharapkan Kamilah untuk beristirahat dan menikmati perjuangannya selama ini. Di usia yang tergolong masih muda, Allah memanggil Kamilah. Keluarga, sahabat dan tetangga tak percaya akan kehilangan sosok seperti Kamilah selama-lamanya.
Tiga hari setelah kepergian Kamilah. Ayah Kamilah bermimpi tentangnya, ayah Kamilah seakan melihat sebuah kereta kencana. Dalam kereta tersebut ayah Kamilah tak melihat putrinya, yang terlihat hanya perempuan-perempuan yang berparas cantik. Meskipun ayah Kamilah tak melihat putri tercintanya, tapi beliau yakin bahwa anaknya berada didalam kereta tersebut. Kereta kencana pun terus melaju naik hingga keatas awan.
"Alhamdulillah, anakku budal karo koncone ayu-ayu".
(Alhamdulillah, anakku berangkat bersama temannya yang cantik-cantik). Ucap ayah Kamilah yang merasa bersyukur ketika melihat sang putri meskipun dalam mimpi.
Hari keempat kepergian Kamilah. Berganti mbahkung (kakek) yang bermimpi tentang Kamilah. Mbahkung melihat Kamilah turun dari kereta kencana yang telah ia naiki. Setelah turun Kamilah langsung menghampiri dan mencium tangan mbahkung sambil berkata,
"Aku oleh bangku nomer 12" (Aku dapat nomer 12)
"Masio gk dinomeri lak gak popo a nduk" (Meskipun gak diberi nomer kan gak papa nduk)
"Yo gak popo mbah" (Ya gak papa mbah) ucap Kamilah.