Lihat ke Halaman Asli

Penyesalan Winky

Diperbarui: 7 Oktober 2021   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan kasar Winky mendorong pintu kayu itu. Mengedarkan pandangan, berdecak kesal saat melihat setiap sudut rumah yang berantakan.

"Mak!" teriaknya,"di mana, sih?"

Suara batuk Emak terdengar, beliau keluar dengan balutan sarung.

"Kenapa teriak, Win? Emak lagi kurang enak badan," ucap emak pelan. Badannya panas, bahkan untuk berdiri seperti itu sebenarnya sudah tak kuat. Namun, demi anak semata wayangnya dia berusaha bangkit.

"Dasar tua! Apa gunanya di sini, kalau tidak bisa apa!" bentak Winky. Itu bukan hal baru, dia selalu melakukan hal kasar pada Emak.

Emak hanya diam, percuma dia berbicara Winky tidak akan mendengarkan. Tiba-tiba kepala Emak pusing, akan tumbang jika tak langsung memegang lemari yang berada di dekatnya.

"Win, tolong antar Emak ke klinik, Emak udah nggak kuat," pinta Emak, terlihat seperti memohon. Wajah keriput itu semakin pucat, gemetar tubuhnya pun semakin menjadi.

"Enak saja! Aku mau kerja!" Winky melenggang pergi tanpa memedulikan Emak.

***
Winky mengobrak-abrik barang yang ada di ruangan itu. Melemparkan laptop hingga hancur tak berbentuk. Hari ini kesialan menimpa berturut-turut. Mulai dari kekasih yang memutuskan sepihak dan sekarang dia dipecat dari kantor.

Beberapa satpam menangkap Winky, menahan agar tidak mengacau lagi. Mereka mengeluarkan Winky dengan paksa dan mendorong hingga terjerembab.

Selama perjalanan, Winky tak henti-henti menggerutu dan mengutuk. Semua seperti mimpi, hancur dalam sekejap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline