Lihat ke Halaman Asli

Siti Komariyah

Pendamping sosial "part time social worker"

Membahagiaka Diri dengan Menulis

Diperbarui: 14 September 2019   09:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menulis. (sumber gambar: KOMPAS)

Menulis merupakan hal yang dirasa begitu membosankan bagi sebagian orang, akan tetapi bagi sebagian lainnya hal tersebut merupakan kebahagian tersendiri. Selain orang lain menjadikan menulis sebagai suatu hobi untuk memperoleh penghasilan, ternyata setelah saya telusuri menulis dapat menjadi salah satu alternatif menghilangkan stress. Sebagaimana saya ingin menuliskan pengalaman perasaan saya sebelum dan setelah menulis tulisan ini. 

Pada awalnya saya hanya ingin iseng mencurahan isi hati. Pada waktu itu saya sedang merasakan kesepian dan terjadi konflik batin dalam diri. Beberapa kali saya mengungkapkan kegundahan perasaan saya kepada orang terdekat, ternyata hal tersebut lantas tidak membuat saya menjadi lega dengan mendapakan solhsi dari mereka. Menurut saya, sesorang akan memberikan solusi berdasarkan pengalaman dan sudut pandang mereka. Sedangkan mereka tidak merasakan menjadi kita . Jadi wajar jika mereka beropini sesuai dengan sudut pandang mereka, yang dirasa tidak cocok dengan diri kita. Untuk itu tugas kita adalah mencari solusi sendiri atas masalah yang kita hadapi, sebab hidup dan kebahagian seseorang merupaka  tanggung jawab dari masing-masing indvidu. Untuk itu saya menulis sebagai bentuk terapi kebahagiaan diri.

Jika ada seorang bertanya, mengapa kita harus bahagia? 

Menurut saya, bahagia itu harus dan kita harus berusaha membahagiakan diri sendiri dulu. Dengan begitu, ketika kita merasa berhasil membahagiakan diri sendiri, maka saat itu juga kita sedang menularkan energi postif pada orang-orang di sekitar kita agar ikut kebahagiaan.

Tulisan ini merupakan tulisan kedua, yang sebelumnya hanya berbentuk catatan didalam telphon genggam. Catatan ini kemudian saya kembangkan menjadi beberapa kalimat bahkan alinea yang pada akhirnya di upload di akun blog ini.Sebagai seorang yang sedang belajar menulis dan ingin mendalami terapi menulis untuk meningkatkan mood saya.  Terus terang saja bahwa saya belum bisa menuliskan trending topik permasalahan sosial kemsyarakatan yang sedang berseliweran saat ini. Jujur saja saya masih bingung.  Meskipun saya sadari tulisan in semacam tulisan ABG alay, namun saya tetap menguploadany sebagai bentuk penghargaan pada diri saya. Pada awalnya saya menulis seperti ini. 

"Malam ini adalah malam sabtu dan semua orang tau itu. Lagi-lagi rasa bosan, jenuh menghampiri hidup saya. Seingatku ini bukan kali pertamanya perasaan seperti  ini menghampiri.  konflik batin, kejolak dalam hati terus bekejaran, dan saling menikam. Dalam hati terbesit dua perbedaan antara merasa tidak bisa bersyukur, dan kesal tidak bisa memaksimalkan potensi dalm diri sendiri. Semakin bertambah usia, semakin terasa jika hari-hari yang telah berganti tidak berguna dengan baik. Akibatnya adalah kejenuhan hari ini.

Setelah 3 tahun lebih dua hari meninggalkan bangku kuliah. Sebelum pada akhirnya saya memutuskan untuk mendalami profesi sebagai pendamping social. Saya pernah terlibat dalam dunia pendidikan sekitar satu tahun. Hari ini hampir dua tahun meninggalkan ibu kota lalu pulang kedesa. Satu tahun pertama saya menjadi orang yang sangat bersyukur menikmati setiap detik hidup saya. Setiap hari dekat dengan keluarga, kerja kondusif dan tidak terikat waktu. Sungguh nikmat yang membahagiakan kala itu. Memasuki hampir tahun kedua, tepatnya bulan juli agustus septemper sudah mulai tumbuh kebosanan. Pada perasaan seperti itu, tepatnya saya sedang berada pada porsi jenuh, dalam hati beribicara: enak sekali menjadi mereka yang berkegiatan mulai dari pagi hingga sore. Banyak aktifitas Sehingga tidak bosan seperti aku."

Kira-kira begitu yang saya tulis dalam draf telphon saya. Setelah menyadari kegabutan ini semakin menjadi-jadi, yang saya lakukan pertama kali adalah searching google. Setelah tidak menemukan apapun bercerita tentang hidup saya. Toh yang bekerja setiap hari juga mendambakan menjadi aku, yang terbang bebas didunia sosial, bertemu banyak orang dan tidak terikat waktu. Mungkin memang begitulah hidup "sawang sinawang" kata orang jawa. Entah bagaimana mulanya aktifitas jempol saya, dari yang pertama memasukan kata kunci menghilangkan malas, hingga menemukan menulis sebagai bentuk dari terapi. Saya sangat antusias membacanya dan kebanyakan dari mereka menuliskan pengalaman hidup yang di alami.Beberapa artikel yang telah saya baca, berkaitan dengan terapi menulis ialah menulis dapat meningkatkan mood sehingga hari lebih membahagiakan. Ternyata memang benar, setelah saya menulis benerapa alinea perasaan lega mulai menghampiri saya. Ternyata dengan menulis kita dapat bebas mengapresiasikan berbagai perasaan muluk-muluk dalam diri.

Selain itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa dengan menulis kita akan menjadi lebih, positif karena menulis dapat membuat kita menemukan penyelesaian masalah-masalah yang kita hadapai berdasarkan tindakan-tindakan yang pernah kita lakukan. Dengan menulis kita jadi mendapatkan teman curhat yang baik. Menurutnya dengan menulis kita mempunya teman curhat yang tidak akan pernh menghakimi diri kita. Menurut saya hal itu juga terbukti lewat tulisan saya. Akan tetapi ternyata niat saya untuk mengikuti terapi menulis tidak semudah membalik telapak tangan. Dari beberapa pengalaman sebelumuya, ketika saya ingin menulis tetapi mood memburuk, ternyata tidak menghasilkan apa-apa.  Begitu sebaliknya ketika merasa bahagia dan ingin mengungkapkan kebahagiaan tersebut lewat tulisan. Nyatanya juga tidak menghasilkan apa-apa. Akan tetapi ketika saya telah membaca beberapa artikel ternyata meledakan ide dalam pikiran saya. Dengan demikian Saya menjadi mengerti bahwa kegiatan menulis adalah timbal balik dari hubungan input dan output yang tidak pernah bisa lepas dari perbendaharaan yang kita miliki. Jadi untuk menulis kita perlu menabung banyak kata dan kalimat dengan membaca kemudian mengungkapkan kembali atas apa yang sudah kita dapat dengan mengapresiasikan menjadi tulisan untuk meledakkan gagasan-gagasan dalamm otak saya, sehingga saya menjadi lebih bijak dalam menghadapi kejolak batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline