Rumah tangga selalu identik dengan keharmonisan, kerukunan, dan kekompakan antar sesama anggota keluarga. Sebagaimana rumah dalam arti "fisik" yaitu bangunan tempat tinggal.
Rumah tangga dapat diartikan sebagai urusan-urusan yang terjadi di dalam rumah. Sebelum terbentuknya rumah tangga, sepasang kekasih perlu berkomitmen dan mengucap janji di depan penghulu dan para saksi.
SAH!
Begitu kata pak penghulu di penghujung ikrar yang diucapkan suami saat menikahi istrinya. Pernikahan adalah momen sakral yang menyatukan dua keluarga besar pada satu ikatan keluarga baru.
Tak ayal, pernikahan selalu bernuansa manis dan bahagia.
Terlihat dari dekorasi, menu makanan catering, riasan pengantin dan keluarga, souvenir untuk tamu undangan, bahkan hiburan musik dan tari-tarian yang menambah semarak acara pesta pernikahan.
Namun, di balik semua gemerlap dan tangis haru di acara resepsi, ada bayang-bayang menghantui bahtera setiap rumah tangga:
MISKOMUNIKASI
Citra rumah tangga yang dihadirkan di layar kaca: romantis, gemes, dan hanya dipenuhi gelak tawa bukanlah realita yang sebenarnya. Dalam hal ini, banyak perempuan yang sudah bersuami dan mengurus anak di rumah menyimpan banyak rahasia yang dapat meledak sewaktu-waktu.
Mungkin, sebelum menjalani realita menjadi "ayah" dan "ibu" kehidupan percintaan hanya berkutat diantara 2 (dua) orang yang saling merasa beruntung telah memiliki satu sama lain dan terus-menerus berjanji akan "setia selamanya".