Fenomena wisuda seakan sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan saat menyekolahkan anak. Kondisi ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Sebagian orang yang setuju dengan acara wisuda sebagai "pelepasan siswa" menuju jenjang pendidikan berikutnya, menganggap kegiatan tersebut penting guna memberikan kesan "perpisahan" yang membahagiakan.
Perpisahan sekolah yang selama ini hanya diadakan dengan menggelar pentas seni atau pagelaran siswa-siswi, dirasa belum final untuk merayakan kelulusan anak di jenjang pendidikan tertentu.
Menilik urgensinya yang dinilai sebatas "foya-foya" belaka membuat sebagian orang memiliki pandangan kontra terhadap acara pelepasan yang mewajibkan siswanya untuk menggunakan jas dan kebaya.
Secara bahasa, kata wisuda diserap dari bahasa Jawa Kuno, "Wisudha" yang berarti "Bersih Seluruhnya". Bila dirujuk lebih jauh, berasal dari bahasa Sanskerta, "Visuddha" yang dapat berarti "Jernih, Bajik, Selesai".
Pelaksanaan wisuda dianggap sebagai upaya apresiasi dari sekolah terhadap kelulusan siswa. Acara wisuda yang ditandai dengan anak-anak berpakaian rapih, menggunakan riasan tebal, dan membawa buket--merupakan bentuk aktualisasi dari makna kelulusan yang diyakini sejumlah orang.
Adapun sebagian yang lain merasa keberatan dengan perayaan panggung dan dekorasi yang memakan biaya iuran cukup untuk daftar ke sekolah yang baru.
Karenanya, di balik cerianya wajah anak-anak memakai riasan dan selempang nama, terdapat hati orangtua yang cemas memikirkan dana pendidikan ke jenjang berikutnya.
***
Bagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat :)