Lihat ke Halaman Asli

Hijrah

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini hujan turun lagi padahal sudah tidak memasuki musim penghujan, tapi entah mengapa akhir-akhir ini setiap menemui jam sore hujan selalu turun tidak terduga. Padahal siang matahari dengan sinarnya menerangi jagad raya ini termasuk di jalan gang sempit samping kampus swasta di Tangerang – pamulang.

Terlihat lalu-lalang orang dijalan dengan berpariasi pelindung, termasuk jas hujan dan payung. Tidak banyak yang melanjutkan perjalanan dikarenakan hujan yang semakin deras. Banyak orang yang berkendara sepeda motor ataupun pejalan kaki yang memilih meminggirkan kendaraannya dan meneduh didepan ruko-ruko kosong, atau di tempat pedagang-pedagang yang berada tepat didepan kampus.

Tempat perlindunganpun semakin penuh sesak dengan orang-orang yang memilih tidak menyapa air hujan yang turun semakin deras. Farhan yang sedari tadi berteduh merasa tidak nyaman dengan orang-orang yang semakin agresif berlomba-lomba mengambil posisi paling aman, terlebih bukan hanya kaum adam saja yang ikut berlindung didepan saung kosong itu ada beberapa kaum hawa yang memang tidak mau kalah saing untuk mendapatkan tempat yang paling aman. “mungkin mereka hanya ingin melindungi make up tebalnya saja agar tidak luntur digerus air hujan” gumam Farhan saat akan beranjak berpindah tempat.

Berbeda dengan gadis anggun dengan kain yang menjulur dari atas kepala menutupi dada dengan setelan gamis yang menyempurnakan tampilannya. Ia dengan berani menerobos derasnya air hujan tanpa menghiraukan banyak mata yang menatapnya dari setiap penjuru tempat berteduh. Basah yang membalutnya tidak sama sekali menghilangkan keanggunan wajah dan tampilannya. Tak henti-henti-hentinya Farhan memperhatikan gadis yang sedari tadi terus menerobos derasnya air hujan ini. Gadis itu merupakan orang yang baru 3 bualan lalu dia lihat. “permisi ka numpang tanya, tempat pendaftran LDK dimana ya ka?”. Farhan yang memang salah satu dari anggota lembaga dakwah kampus (LDK) tingkat akhir yang sedang ikut serta merekrut mahasiswa baru, tidak berpikir panjang untuk menjawabnya “anti mau gabung di LDK? Kebetulan ana KDR dari LDK. Anti tinggal isi form ini saja, untuk tahap berikutnya nanti akan ada yang menghubungi anti”. Syukur seketika maya ucapkan karena dia tidak perlu menyita banyak waktunya, lalu form-pun dia isi dengan cepat, setelah itu dikembalikan dan berucap terimakasih dan berlalu dengan salam.Pikiriran Farhan tiba-tiba saja berbalik pada hari  kamis 3 bulan yang lalu awal Farhan melihat Maya dengan tampilan yang amat berbeda dengan saat ini. Mata Farhan kembali tertuju pada gadis yang sedari tadi dia perhatikan, tapi apa boleh buat gadis itu sudah berlalu dengan derasnya air hujan.

II

20 menit berlalu Maya sudah sampai didepan sebuah kos-kosan yang berderet milik orang betawi yang dinilai sangat berisik, cerewet dan kasar oleh Maya. Betapa tidak, anaknya yang baru berusia 5 tahun sudah dia elu,elukan sebut saja bu Koyah, belum lagi kalau sudah memarahi anaknya yang sudah menginjak bangku STM itu pulang pagi, habis sudah semua penghuni kosan terasa ikut kena omelan suaranya yang keras lagi kasar. Tapi Maya sudah paham betul itu memang suatu hal yang biasa dilingkungan betawi, tapi karena Maya dan bu Koyah berbeda kelahiran dan derah membuat Maya berlebihan menilainya. Padahal dalam keseharian bu Koyah sangat baik dan perhatian kepada anak-anak kosnya.

7 anak tangga sudah maya lewati, dilihatnya sosok laki-laki yang begitu sangat amat dia sayangi. Sosok pelindung dan pahlawan untuk Maya. “assalamualaikum Maya... su...” sosok pelindung Maya ini tidak lain adalah abangnya, dia biasa dipanggil bang Sandy (bukan nama asli) karena rambutnya yang panjang mirip vokalis band kesukaan Maya “purgatory” walaupun seringkali Fajar menolak dengan nama panggilan itu, Maya selalu saja mengabaikannya. Bulum selesai kalimat yang diucapkan Fajar maya memotongnya dengan geram “waalaikumsalam, akh parah lu bang ngerjain gw!” walaupun yang keluar kata-kata kasar, Fajar, abangnya tahu betul bagaimana adiknya yang satu ini dan Fajar sedikit merasa bersalah karena tadi di telpon dia sempat mempermainkan perasaan adik satu-satunya ini. “maapin abang ya dek, abang cuma mau ngasih suprise aja sama kamu. Tapi malah sebaliknya abang dikasih suprise duluan sama tampilan baru kamu yang anggun dan cantik ini” Fajar mencoba memulihkan keadaan.

4jam berlalu. Kerjadian tadi membuat Fajar harus berjanji mentraktir Maya makan di dekat kampusnya malam ini. Setelah berpamitan kepada pemilik kos Maya dan Fajar berlalu melewati gang-gang sempit, kampus tempat Maya belajar, dan melewati jalanan depan kampus yang penuh sesak oleh kendaraan dari arah sebaliknya dan dari gerbang kampus Maya. Tetu Fajar sudah paham betul keadaan pertigaan jalan pamulang ini terlebih sesudah didirikannya Kampus dimana tempat adiknya belajar. Jam-jam masuk dan jam-jam keluar kuliah sudah pasti jalanan ini akan padat. Seperti keadaan saat ini. Tempat makan yang jaraknya berada tidak jauh dari kosan maya ini harus menyita banyak menit untuk Fajar.

Sudah terlihat bersih rupanya hidangan yang ada di meja depan Maya dan Fajar “Yaampun dek, abang kira porsi makanmu ikut berubah juga mengikuti penampilanmu, hhe” Fajar menggoda adiknya yang sedang menghabiskan jus Alpukat kesukaannya. “bang, berubah juga ada prosesnya kali. Undah pake pakean syar’i aja udah alhamdulillah banget. Harusnya abang bersyukur tuh doa abang Alloh kabulkan. Aku juga bersyukur sih punya abang yang baiknya luar biasa hhe...” Maya tidak mau kalah menggoda abangnya. Ya memang begitulah Maya, gadis yang belum lama hijrah ini, yang terus berusaha memperbaiki setiap kesalahannya. “Aku masih kaya gini sama abang aja ko, terus sama temen-temen kajian dan MR-ku. insyaAlloh aku akan terus memperbaiki ko bang”. Malam itupun berlalu dengan cepat karena Fajar harus secepatnya kembali lagi ke Malaysia. Tempat dimana ia tinggal dan mencari nafkah dengan bermusik.

III

Pertemuan liqo kali ini sepertinya ada yang berbeda untuk Maya, karena ada materi tambahan dari MR, mengenai pernikahan, pemilihan pasangan dan lain sebagainya. Maya tetap mengikuti dengan antusias karena menurut maya itu ilmu yang sangat penting dan bermanfaat untuk dia kelak. Selesai kesimpulan yang diberikan oleh MRnya, maya seketika mengangkat tangan dan bertanya. “jadi gaapa-apa mba nikah sambil kuliah? Apa ga ganggu ya?.. aduh aku belum siap nih kalo mau apa-apa harus ijin, mau kemana-mana harus izin. Terus nanti dilarang ini,itu fuh... aku kan suka mendaki mba apa nanti diijinkan yah?”.

Mba Andri murabbiyah Maya terus tersenyum sambil mendengarkan pertanyaan dan tanggapan dari Maya. “Maya sayang semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Mba nikah waktu mba smester 4 loh, tapi alhamdulillah kuliah mba tidak begitu terganggu walau harus ambil cuti 2 smerter untuk mengandung dan melahirkan selebihnya mba bisa melewatinya dengan suami dan dede kecil mba. Malah mba semakin bersemangat untuk cepat menyelesaikan kuliah mba. Kalau berbicara siap gasiap kembalikan lagi keniat sayang. Hayo menikah itu untuk beribadan dan menyepurnakan separuh dari dien kita. Izin itu suatu kewajiban sayang. Memangnya kamu mau pegi kemana sehingga memberatkan izin dari suami?”. “kalo aku ijinnya pergi kegigs nanti gadiijinin gimana? Terus kan aku juga masih suka dengerin musik-musik metal mba, aku belum siap kalo harus melepas semuanya”. Tiba-tiba Maya memotong jawaban mba Andri karena merasa belum puas. “Maya, kamu harus lebih dewasa sayang, masa kamu lebih memilih yang lebih banyak mudhorotnya. Mungkin kalau hanya sesekali suamimu bisa menemani kamu menontin gigs itu, malah itu lebih aman karena ditemani mahrom kamu. untuk mendakipun begitu insyaAlloh suamimu bisa menemani, lebih aman pula. Bukan begitu sayang? insyaAlloh kamu sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik”. Mba Andri memang sudah tahu betul bagaimana Maya, dan Mba yang memiliki 2 anak ini sudah seperti kakak bagi Maya.

Waktu liqopun sudah selesai, ditutup dengan hamdalah dan doa kafaratul majlis. Mereka bersalamn lalu meninggalkan ruangan diamana mereka liqo. Baru beberapa langkah dari pintu keluar rumah, Maya menerima pesan masuk dari  mbanya itu. “assalamualaikum Maya, maaf mba mengganggu, ada yang mau mba sampaikan sama Maya. Bisa Maya kerumah mba lagi?”. Maya sempat heran, entah apa yang akan disampaikan mbanya itu. Maya berpamitan kepada temannya lalu kembali berjalan mmenuju rumah mba Andri.

Setelah sampai, tak lama setelah berbasa-basi mba Andri langsung menyampaikan alasannya kenapa dia memanggil Maya “Maya, mba tadi sudah menyampaikan cara memilih pasangan yang baik dan mengenai pernikahan kan?. Dan sekarang ada yang menitipkan CV sama suami mba untuk disampaikan sama kamu. silhkan dilihat tidak perlu tergesa-gesa utntuk mnjawabnya.” Taklama obrolanpun selesai dan Maya memutuskan untuk istiqarah terlebih dahulu. Salam dan berlalu.

IV

“assalamualaikum mba, aku sudah istiqarahkan dan juga sudah bilang sama abang. insyaAlloh aku sudah siap menikah. Tolong terus bimbing aku ya mba. Wasalam. Maya”. Syukur alhamdulillah terucap dari mba Andri atas pesan yang diterimanya dari Maya. Tidak lama setelah itu kabar ini sudah sampai pada suaminya dan sampai pula kabar ini kepada si pengirim CV.

Disudut luar masjid, baru terparkir sebuah motor supra * berwarna merah abu-abu yang baru saja ditinggal pemiliknya mendekati teras masjid. Jam menunjukan pukul 18.02 WIB. Sudah pasti dia akan melaksanakan sholat magrib. Seperti yang lainnya dia mengambil wudhu, lalu sholat dan panjatkan doa. Entah apa yang dipintanya tidak ada orang lain yang mendengarnya tapi Alloh maha mengetahui. Selesai, dia mendekati tempat dimana dia tadi membuka sepatunya, sudah pasti keberadaan dia disitu untuk mengenakan kembali sepatunya. Sebelumnya dia sempatkan untuk bersantai sejenak dan membuka hanphonenya yang sejak tadi siang bulum dia lihat. Dilayar bersegi panjang itu bertulikan 2 panggilan taterjawab dan 1 pesan yang belumdibaca. Ternyata pesan yang diterimanya dari seorang yang dia mintai tolong 4 hari yanglalu. Dengan membaca basmallah lalu dia membukanya, “Assalamualaikum akhi Farhan alhamdulillah CV antum diterima. Untuk lebih lanjutnya silahkan luangkan waktu antum untuk kerumah saya”

Satu bulan sudah berlalu dan perjalanan ta’aruf berjalan dengan lancar waktu dan tempat pernikahanpun sudah terkonsepkan. Sukabumi, pada tanggal 10 November 2014. Alhamdulillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline